1.1 Latar Belakang
Pembahasan tentang tasawuf sampai detik ini masih menjadi isu yang menarik untuk didiskusikan terutama di
kalangan akademisi,
meskipun sebenarnya perkembangan tasawuf sudah dimulai sejak abad pertama dan kedua hijriah,
yang mana ajarannya masih bercorak akhlaqi, yakni berupa pendidikan moral dan mental dalam rangka pembersihan jiwa dari pengaruh-pengaruh duniawi.Terkadang banyak yang salah mengartikan dan memahami arti serta perbedaan
antara ilham, karomah dan istidraj.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apakah
pengertian buah taswuf ilham, karomah
dan istidraj ?
2. Apa dalil
tentang ilham, karomah dan istidraj ?
3. Apa
perbedaan antara ilham, karomah dan istidraj ?
4. Apa saja
contoh ilham, karomah dan istidraj
1.3 Tujuan
1. Mengetahui
pengertian buah tasawuf ilham, karomah dan istidraj
2. Mengetahui
dalil tantang ilham, karomah dan istidraj
3. Mengetahui
perbedaan antara ilham, karomah dan istidraj
4. Mengetahui
apa saja contoh ilham, karomah dan istidraj
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Ilham, Karomah dan Istidraj
A.
Ilham
Al-Qur’an
menyebutnya dalam bentuk fi’lun madhi (kata kerja sudah berlaku) yaitu dalam
Surah Asy-Syams 7-8 :
“Lalu diilhamkan (Allah) kepadanya mana yang
buruknya dan mana yang taqwanya (baiknya).”
“Ilham ialah
apa-apa yang diletakkan dalam hati dalam bentuk yang melimpah dan khusus dengan
sesuatu yang datangnya daripada Allah atau daripada para Malaikat.” Dikatakan
pula: “Meletakkan sesuatu di dalam hati, yang karenanya hati menjadi tenteram
dan hal itu dikhususkan oleh Allah bagi para hamba yang dikehendakiNya.”
Di dalam
Lisanul Arab (definisi ini diambil dari kitab An-Nihayah, yang disusun oleh
Ibnul Atsir) pula disebutkan: “Ilham ialah Allah menanamkan di dalam jiwa
seseorang sesuatu yang dapat mendorongnya untuk melakukan atau meninggalkan
sesuatu, dan ia termasuk jenis wahyu yang dengannya Allah mengkhususkan siapa
saja yang dikehendakiNya di antara hamba-hambaNya.”
Di dalam
Syarh Aqidah Nasafiyyah (Syarh al-’Aqa’idun Nasafiyyah, At-Taftazani, beserta
kedua hasyiyyah-nya, hal. 41, Mustafa Al-Halabi) dinyatakan: “Ilham adalah
menanamkan sesuatu dalam hati secara melimpah.” Manakala At-Ta’rifat (Al-Jurjani,
hal. 57, Tahqiq oleh DR Abdul Rahman ‘Umairah, Alamul Kutub Bairut) dikatakan:
“Ilham adalah apa yang ditanamkan di dalam hati dengan cara yang melimpah.”
Sementara di dalam An-Nihayah (An-Nihayah fii Ghariibil Hadiitsi wal Atsar,
Ibnul Atsir, bab La-ha-ma, IV/282, Isa Al-Halabi) pula dikatakan : “Ilham ialah
Allah meletakkan di dalam jiwa seseorang perintah yang membangkitkannya untuk
melakukan atau meninggalkan sesuatu dan hal itu termasuk jenis wahyu yang
dikhususkan oleh Allah kepada siapa saja yang dikehendakiNya di antara para
hambaNya.”
Dalam Sahih
Bukhari dan Muslim dalam bab ‘haddatha’ mereka menyebut sebuah hadits shahih:
“Sungguh telah ada pada umat terdahulu para muhaddithun, dan jika ada seseorang
dari umatku, maka ia adalah Umar bin Khattab.” Kemudian dinyatakan dalam
an-Nihayah: “Pentafsiran dari hadith ini ialah mereka itu adalah orang-orang
yang diberikan ilham & orang yang diberikan ilham adalah orang yang dalam
dirinya diletakkan sesuatu lalu dengannya ia diberi tahu tentang suatu
perkiraan atau suatu firasat. Hal ini semacam sesuatu yang dikhususkan oleh
Allah kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya dari para hamba yang dipilih-Nya,
misalnya Umar, seolah-olah disampaikan pembicaraan kepada mereka lalu mereka
mengatakannya.”
Dari definisi
di atas dapat disimpulkan, Ilham adalah penyampaian suatu makna, fikiran atau
hakikat di dalam jiwa atau hati secara melimpah. Maksudnya Allah SWT
menciptakan padanya ilmu daruri yang ia tidak dapat menolaknya, yaitu bukan
dengan cara dipelajari akan tetapi dilimpahkan ke dalam jiwanya bukan karena
kemauannya.
Ilham bisa bersumber dari Allah, dan
bisa juga dari malaikat-Nya. Darinya dapat dipahami perintah, larangan,
motivasi atau ancaman.
·
Ilham
yang bersumber dari Allah
Allah menceritakan kepada kita dalam
al-Qur'an tentang Maryam r.a. ketika beliau berteduh di bawah pohon kurma pada
musim dingin. Kemudian Allah berbicara dengannya melalui ilham dan wahyu tanpa
ada perantara. Allah berkata kepadanya, "Dan goyanglah pangkal pohon kurma
itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak
kepadamu. Maka makan, minum dan bersenanglah." (QS. Maryam: 25-26) Ketika
menafsirkan ayat ini, Fakhruddin ar-Razi berkata, "Sesungguhnya itu
terjadi melalui tiupan ke dalam jiwa, ilham dan bisikan ke dalam hati,
sebagaimana yang terjadi pada ibu Musa a.s. dalam firman-Nya, ‘Dan Kami
ilhamkan kepada ibu Musa. (QS. Al-Qashash: 7)
Allah juga
memberitahukan kepada kita tentang ibu Musa a.s. ketika dia merasa bersedih
tentang anaknya karena tentara Firaun hendak membunuhnya. Lalu Allah memberinya
ilham dan wahyu tanpa perantara. Allah berfirman:
Artinya :"Dan Kami wahyukan (ilhamkan)
kepada ibu Musa, 'Susuilah dia. Apabila engkau khawatir terhadapnya, maka
lepaskan dia ke sungai. Janganlah engkau khawatir dan janganlah (pula) bersedih
hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu dan menjadikannya
sebagai (salah seorang) dari para rasul." (QS. Al-Qashash: 7)
Ibu Musa pun
melepaskan anaknya ke sungai. Hatinya sungguh khawatir melihat gelombang air.
Kemanakah akan pergi anak yang mulia ini di antara gelombang air? Dia pasti
akan binasa. Akan tetapi, ibu Musa merasa yakin akan apa yang dia lakukan,
karena dia sudah terbiasa mendengarkan wahyu yang datang kepadanya dari Tuhan
tanpa perantara, baik dalam khalwatnya ataupun dalam kesehariannya. Dia adalah
seorang ibu mukminah. Dan dia adalah seorang wali, bukan nabi.
Demikianlah
sosok Maryam dan ibu Musa dalam umat Israel. Maka, bagaimana pendapatmu tentang
umat Muhammad yang telah dipersaksikan Allah dengan kebaikan atas umat yang
lain? Allah berfirman, "Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan
untuk manusia. Kalian menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang
mungkar." (QS. Ali Imran: 110)
·
Ilham yang bersumber dari malaikat
Malaikat
berbicara dengan manusia, sebagaimana dalam sabda Nabi s.a.w.,
"Adapun isyarat malaikat adalah janji dengan kebaikan
dan pembenaran atas yang benar. Barangsiapa mendapatkannya, maka hendaklah dia
mengetahui bahwa itu bersumber dari Allah dan hendaklah dia memuji Allah."
(HR. Tirmidzi)
Tentang
firman Allah, “Dan (ingatlah) ketika malaikat (Jibril) berkata, 'Hai Maryam,
sesungguhnya Allah telah memilihmu, mensucikanmu dan melebihkanmu atas semua
wanita di dunia." (QS. Ali Imran: 42) Fakhruddin ar-Razi berkata,
"Ketahuilah bahwa Maryam a.s. bukanlah seorang nabi, berdasarkan firman
Allah, "Kami tidak mengutus sebelum engkau, melainkan para laki-laki yang
Kami berikan wahyu kepada mereka." (Qs. Yusuf: 109) Jika demikian halnya,
maka pengiriman Jibril kepadanya merupakan karamah baginya. Jibril berbicara
langsung dengan Maryam. Dan ini bukanlah sesuatu yang khusus bagi Maryam, akan
tetapi banyak sekali orang-orang saleh yang malaikat berbicara dengan mereka.
Diriwayatkan
bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda, "Ada seseorang yang berkunjung ke rumah
saudaranya di desa yang lain. Lalu Allah mengutus seorang malaikat untuk
menjaga jalannya. Ketika dia telah sampai di desa tersebut, malaikat itu
bertanya, 'Engkau mau kemana?’ Dia menjawab, 'Aku ingin bertemu dengan saudaraku
di desa ini.' Malaikat itu bertanya lagi, 'Apakah engkau memiliki suatu nikmat
untuknya?' Dia menjawab, 'Tidak, selain bahwa aku mencintainya karena Allah.'
Malaikat itu berkata, 'Aku adalah utusan Allah yang diperintahkan untuk
memberitahukan kepadamu bahwa Allah telah mencintaimu sebagaimana engkau
mencintai saudaramu karena-Nya’. (HR. Muslim)
Tentang
hadis ini, Muhammad ibn Allan ash-Shiddiqi asy-Syafi'i berkata, "Pada
zahirnya, malaikat tersebut berbicara dengannya secara langsung. Allah berfirman,
"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, 'Tuhan kami adalah Allah,'
kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada
mereka (dengan mengatakan), 'Janganlah kalian merasa takut dan janganlah kalian
merasa sedih. Dan bergembiralah kalian dengan (memperoleh) surga yang telah
dijanjikan Allah kepada kalian. Kamilah pelindung-pelindung kalian dalam
kehidupan dunia dan akhirat'." (QS. Fushshilat: 30-31)
Ketika
menafsirkan turunnya malaikat dalam ayat ini, al-Alusi mengatakan, "Malaikat
turun pada saat kematian, di alam kubur dan pada saat pembangkitan. Dikatakan
bahwa malaikat turun kepada mereka, berarti para malaikat membantu mereka dalam
semua urusan dunia dan agama dengan sesuatu yang dapat melapangkan hati dan
menghilangkan rasa takut dan sedih mereka, dengan ilham."
Pendapat
inilah yang paling jelas. Sebab, dia mencakup turunnya malaikat di tiga tempat
tersebut dan yang lainnya. Sebagian orang menyebutkan turunnya malaikat kepada
orang-orang yang bertakwa dan mereka mengambil dari malaikat tersebut apa-apa
yang mereka inginkan. Maka perhatikanlah hal ini, kemudian Allah berfirman,
"Dan
bergembiralah kalian dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah
kepada kalian." (QS. Fushshilat: 31) Yaitu, yang dijanjikan kepada kalian
ketika di dunia melalui lisan para rasul. Inimerupakan salah satu kegembiraan
mereka di salah satu dari tiga tempat di atas.
Kemudian
Allah berfirman, "Kamilah pelindung-pelindung kalian dalam kehidupan
dunia." (QS. Fushshilat: 31) Ini adalah di antara kegembiraan mereka di
dunia. Artinya, Kamilah penolong-penolong kalian dalam semua urusan kalian.
Kami mengilhami kalian dengan kebenaran, dan menunjuki kalian kepada kebaikan
dan maslahat.
Sesungguhnya
malaikat berbicara langsung kepada sejumlah orang yang bertakwa di selain
tempat yang telah disebutkan di atas. "Kamilah pelindung-pelindung kalian
dalam kehidupan dunia".
Ketika
menafsirkan ayat ini, Imam Fakhruddin ar-Razi berkata: Kemudian Allah
memberitahukan bahwa malaikat mengatakan kepada orang-orang mukmin,
"Kamilah pelindung-pelindung kalian dalam kehidupan dunia dan di
akhirat." (QS. Fushshilat: 31). Arti pelindung di sini adalah bahwa para
malaikat mempunyai pengaruh dalam jiwa manusia dengan ilham, firasat, dan
maqam-maqam yang hakiki, sebagaimana halnya setan yang memiliki pengaruh
terhadap jiwa manusia dengan memberikan godaan dan mengkhayalkan yang
batil-batil kepadanya.
B.
Karomah
Pengertian
karomah secara bahasa, karomah berasal dari kata karoma - karim (mulia)
yang berarti kemuliaan atau penghormatan, yakni kemuliaan/penghormatan dari
Allah Swt. Secara istilah, karomah adalah hal atau kejadian yang luar biasa di
luar nalar (logika) dan kemampuan manusia awam yang terjadi pada diri seseorang
(wali Allah).
Karomah dimiliki sebagian orang yang suka menjalankan kebaikan, sunnah, dan memiliki keistiqomahan yang sempurna. Allah Swt memberikan kemuliaan dengan karomah ini kepada siapa saja yang Dia dikehendaki. .
Menurut Syaikh Ibnu Utsaimin dalam Syarh al-Aqidah al-Wasithiyah, Ahlus Sunnah wal Jama’ah mengimani adanya karomah bagi wali-wali Allah. Oleh karena itu, Imam At Thahawi didalam kitab akidahnya yang terkenal, Aqidah Thahawiyah, berkata:
”Kita tidak mengutamakan seorang wali pun lebih di atas para nabi a.s. dan kita katakan: satu orang nabi itu lebih utama dari seluruh para wali. Dan kita mengimani tentang karomah mereka dan kabar yang shohih dari orang-orang yang tsiqah (terpercaya) berkenaan dengan riwayat mereka”.
Syarat suatu kejadian itu dikatakan sebagai karomah, di antaranya orang-orang yang beriman, jujur, bertakwa, dan menjalankan syariat Allah Ta’ala.
Karomah dimiliki sebagian orang yang suka menjalankan kebaikan, sunnah, dan memiliki keistiqomahan yang sempurna. Allah Swt memberikan kemuliaan dengan karomah ini kepada siapa saja yang Dia dikehendaki. .
Menurut Syaikh Ibnu Utsaimin dalam Syarh al-Aqidah al-Wasithiyah, Ahlus Sunnah wal Jama’ah mengimani adanya karomah bagi wali-wali Allah. Oleh karena itu, Imam At Thahawi didalam kitab akidahnya yang terkenal, Aqidah Thahawiyah, berkata:
”Kita tidak mengutamakan seorang wali pun lebih di atas para nabi a.s. dan kita katakan: satu orang nabi itu lebih utama dari seluruh para wali. Dan kita mengimani tentang karomah mereka dan kabar yang shohih dari orang-orang yang tsiqah (terpercaya) berkenaan dengan riwayat mereka”.
Syarat suatu kejadian itu dikatakan sebagai karomah, di antaranya orang-orang yang beriman, jujur, bertakwa, dan menjalankan syariat Allah Ta’ala.
Contoh
Karomah
1. Allah berfirman:
1. Allah berfirman:
“Setiap Zakaria masuk untuk menemui Maryam di mihrob, ia dapati makanan di sisinya, Zakaria berkata: “Hai Maryam, dari mana kamu memperoleh makanan ini”. Maryam menjawab:” Makanan itu dari sisi Allah, sesungguhnya Allah memberikan rizki kepada yang dikehendaki-Nya tanpa hisab”. (QS. Al Imroh: 37)
Asy Syaikh Abdurrahman As Sa’di berkata: “Ayat ini merupakan dalil akan adanya Karomah para wali yang keluar dari kebiasaan manusia, sebagaimana yang telah mutawatir dari hadits-hadits tentang permasalahan ini. Berbeda dengan orang-orang yang tidak meyakini tentang adanya Karomah ini.” (Taisir Karimur Rahman hal: 129)
2. Apa yang terjadi pada “Ashhabul Kahfi” (penghuni gua). Suatu kisah agung yang terdapat dalam surat Al Kahfi. Allah berfirman (artinya) :
“Sesungguhnya mereka itu adalah
pemuda-pemuda yang beriman kepada Rabb mereka dan kami tambahkan pada mereka
petunjuk.” (QS. Al Kahfi: 13).
Mereka ini (Ashabul Kahfi)
sebelumnya hidup di tengah-tengah masyarakat yang kafir (dengan pemerintahan
yang kafir) lalu mereka lari dari masyarakat itu. Dalam rangka menyelamatkan
agama mereka, kemudian Allah melindungi mereka didalam Al Kahfi (gua yang luas
yang berada di gunung).
Tatkala Allah telah selamatkan
mereka di dalam gua tersebut, lalu Allah tidurkan mereka dalam waktu yang
sangat panjang, disebutkan dalam ayat (artinya) :
“Mereka tinggal dalam gua selama
tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi).” (Al Kahfi:25).
Dalam kisah ini ada beberapa Karomah
yang diberikan oleh Allah kepada Ashhabul Kahfi, diantaranya.
a.
Allah menyatakan (artinya)
“Dan kamu
mengira mereka itu bangun padahal mereka tidur”.
b.
Mata-mata mereka terbuka sehingga masuklah udara
kedalamnya padahal mereka dalam
keadaan tidur.
c.
Allah menyatakan (artinya) :
“Dan kami
bolak-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri “, yang ini lebih baik bagi mereka
dan lebih bermanfaat bagi tubuh mereka. Jadi mereka tidak tetap dalam satu
posisi.
d.
Allah menyatakan (artinya) :
“Sedang
anjingnya menjulurkan kedua lengannya ke muka pintu gua”.
Dan ini dantara sebab diberikannya penjagaan yang sempurna oleh Allah, kemudian Allah teruskan firman-Nya (artinya) :
Dan ini dantara sebab diberikannya penjagaan yang sempurna oleh Allah, kemudian Allah teruskan firman-Nya (artinya) :
”Dan jika
kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan
melarikan diri dengan penuh ketakutan terhadap mereka”. Dan inilah yang paling
nampak dari perkara Karomah.
3. Diantara Karomah para wali yang disebutkan dalam Al Qur’an adalah apa yang terjadi pada Dzul Qornain yaitu seorang raja yang shalih yang Allah nyatakan:
“Sesungguhnya kami telah memberi kekuasaan kepadanya di muka bumi dan kami telah memberikan kepadanya jalan untuk mencapai segala sesuatu”. (Al Kahfi :84)
Dan juga dialah yang telah membuat pembatas yang membatasi antara manusia dengan Ya’juj dan Ma’juj hingga hari akhir, kisah ini terdapat dalam surat Al Kahfi:83-98
4. Diantara Karomah para wali juga apa yang terjadi pada kedua orang tua seorang anak yang dibunuh oleh nabi Khidhir yang ketika itu nabi Musa mengatakan: ”Mengapa engkau bunuh jiwa yang bersih padahal dia tidak membunuh orang lain“, yang kemudian Khidhir menjawabnya: “Dan adapun anak itu maka kedua orang tuanya adalah orang yang mukmin dan kami khawatir bahwa dia akan menariknya kepada kesesatan dan kekafiran.” (Al Kahfi:74)
5. Apa yang disebutkan di dalam
kisah tiga orang yang berlindung kedalam gua namun tiba-tiba jatuhlah batu
besar sehingga menutupi pintu gua dan akhirnya mereka tekurung di dalamnya,
kemudian mereka bertawassul dengan amalan-amalan shalih masing-masing.
Salah
seorang diantara mereka ada yang bertawassul dengan amalan shalihnya yaitu
berbakti kepada kedua orang tuanya, yang kemudian ia berdoa: “Ya Allah jika
perbuatan ini semata-mata karena mengharap ridho-Mu maka geserlah batu ini.”
Kemudian batu itu bergeser sedikit.
Orang kedua
pun bertawassul dengan amalan shalihnya yaitu dengan dia bisa menjaga dirinya
dari terjatuh ke dalam perbuatan zina dengan saudara sepupunya, padahal ia
mampu untuk melakukan perbuatan itu. Kemudian batu itu bergeser sedikit namun
mereka belum bisa keluar. Kemudian orang yang ketiga bertawassul dengan amalan
kebaikannya, yang ketika dulu ia pernah berbuat baik kepada karyawannya yang
pergi meninggalkannya tanpa mengambil gajinya terlebih dahulu, kemudian gajinya
itu dia kembangkan dengan penuh amanah sampai harta tersebut menjadi banyak,
selang beberapa tahun karyawan itu datang kembali untuk mengambil gajinya yang
dulu belum ia ambil, kemudian orang itu memberikan semua gajinya yang telah
berkembang menjadi harta yang banyak, maka batu pun bergeser sehingga mereka
dapat keluar dari gua tersebut, Allah selamatkan mereka dengan sebab tawassul
mereka itu.
Kisah
tersebut terdapat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim dari
sahabat Abdullah bin Umar radliyallahu ‘anhuma. Para ulama
menyebutkan bahwa kisah di atas termasuk Karomah para wali.
6. Apa yang terjadi pada Ummul mukminin Khodijah bahwasanya Jibril datang pada Rasulullah dengan menyampaikan salam Allah untuk Khodijah serta menyampaikan berita gembira baginya bahwa ia akan mendapatkan rumah yang terbuat dari permata berlian yang indah di jannah. (HR. Bukhori dari sahabat ‘Aisyah ).
Dan ini merupakan dalil bahwa Karomah pun terjadi pada seorang perempuan.
7. Apa yang telah mutawatir tentang berita salafus shalih akan perkara Karomah yang terjadi pada diri mereka, dan generasi setelah mereka.
Ø Dalil
Karamah dari al-Qur an
1.
Cerita
Ashabul Kahfi yang tertidur panjang dalam keadaan hidup dan selamat dari
bencana selama 309 tahun, dan Allah menjaga mereka dari panasnya matahari.
Allah berfirman :
Artinya :"Dan engkau akan melihat ketika matahari terbit, dia
condong dari gua mereka ke sebelah kanan. Dan ketika matahari itu terbenam, dia
menjauhi mereka ke sebelah kiri." (QS. Al-Kahfi: 17)
2.
Al-Kahfi
Artinya :"Dan engkau mengira mereka itu
bangun, padahal mereka tidur. Dan Kami balik-balikkan mereka ke kanan dan ke
kiri. Sedang anjing mereka menjulurkan kedua lengannya di muka pintu gua."
(QS. Al-Kahfi: 18)
3.
"Dan
mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun
(lagi)." (QS. Al-Kahfi: 25)
4.
Kisah
Maryam yang menggoyang pohon kurma yang kering. Seketika itu juga, pohon
tersebut menjadi rindang dan berjatuhanlah kurma yang sudah masak di luar
musimnya.
Artinya :"Dan goyanglah pangkal pohon
kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak
kepadamu." (QS. Maryam: 25)
5.
Apa
yang diceritakan Allah dalam al-Qur'an kepada kita bahwa setiap kali Zakaria
masuk ke mihrab Maryam, dia menemukan rezeki di dalamnya, padahal tidak ada
yang masuk ke situ selain dia. Lalu dia berkata, "Wahai Maryam, dari
manakah engkau memperoleh ini?" Maryam menjawab, "Ini semua dari
Allah." "Setiap kali Zakaria masuk untuk menemui Maryam di mihrab,
dia temukan makanan di sisinya. Lalu dia berkata, 'Hai Maryam, dari mana engkau
memperoleh (maka-nan) ini?' Maryam menjawab, 'Makanan ini dari sisi Allah."
(QS. Ali Imran: 37)
6.
Cerita
Ashif ibn Barkhiya bersama Sulaiman a.s., sebagaimana dikatakan oleh mayoritas
mufasirin, “Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Kitab, ‘Aku akan
membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip'." (QS. An-Naml:
40)
7.
Maka
dia pun membawa singgasana ratu Bilqis dari Yaman ke Palestinasebelum mata
berkedip.
Ø Dalil
Karamah dari Sunnah
1.
Kisah
Juraij al-Abid yang berbicara dengan bayi yang masih dalam buaian. Ini adalah hadis
sahih yang dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim dalam ash-Shahihain.
2.
Kisah
seorang anak laki-laki yang berbicara ketika masih dalam buaian.
3.
Kisah
tiga orang laki-laki yang masuk ke dalam gua dan bergesernya batu besar yang
sebelumnya menutupi pintu gua tersebut. Hadis ini yang sepakati kesahihannya.
4.
Kisah
lembu yang berbicara dengan pemiliknya. Hadis ini adalah hadis sahih yang
masyhur.
C.
Istidraj
Istidraj
adalah suatu kelebihan/keunggulan yang diberikan oleh Allah pada para hambanya
yang bukan bertaqwa dan shalih, termasuk juga sebagian hambanya yang kafir dan
membangkang terhadap agamaNya.
Contohnya :
- Ilmu santet yang dilakukan oleh
dukun.
Kelebihan semacam itu sengaja diberikan oleh Allah
kepada mereka agar mereka bertambah jauh dari Allah dan tambah bermaksiat
kepadaNya, sampai pada batas dan waktu yang ditentukan. Yang pada umumnya
diakhiri dengan akibat buruk bagi orang itu. Misalnya saja Kekuasaan dan
keunggulan yang diberikan kepada Firaun. Yang mana dengan kekuasaan itu Firaun
tidak bertambah taat kepada Allah. Bahkan makin bertambah durhaka terhadapNya.
Dalam
Al Quraan sendiri banyak diterangkan tentang ISTIDRAJ yang diberikan oleh Allah
kepada orang-orang yang mendurhakai Allah agar mereka makin bertambah durhaka
kepada Allah. Untuk itu marilah kita ikuti firman Allah yang tercantum dalam
ayat-ayat di- bawah ini :
Artinya:
“Dan
orang-orang yang mendustakan ayat Kami, nanti akan Kami tarik mereka dengan
cara berangsur-angsur (kearah kebinasaan) dengan cara yang tak mereka sadari”.
“Dan
Aku memberi tangguh kepada mereka, (namun) sesungguhnya rencana Ku (untuk
menyiksa mereka) sangat kuat sekali”. (Al A’raf 182-183).
Artinya:
“Sebab
itu biarkan Aku berurusan dengan orang yang mendustakan perkataan ini (Al
Quraan). Kami akan membinasakan mereka secara berangsur-angsur yang mereka
tidak sadari”. (Al Qalam ayat 44)
Artinya:
“Dan
janganlah sekali-kali orang-orang kafir itu mengira bahwa pemberian tangguh
Kami kepada mereka itu ada lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi
tangguh kepada mereka, hanyalah supaya mereka bertambah berbuat dosa. Dan bagi
mereka disediakan siksaan yang menghinakan “. (Ali Imran ayat 178).
Demikian
pula dalam Al Qur’an juga diterangkan tentang beberapa contoh dari orang-orang
kafir yang diberikan tangguh oleh Allah sampai pada puncaknya mereka disiksa
dengan segala macam siksaan yang pedih. Misalnya saja Firaun, yang diberikan
kekuasaan oleh Allah agar dia mau tunduk kepada Musa. Namun Firaun tidak mau
bahkan dia sombong sampai Allah membinasakannya beserta seluruh tentaranya seperti
yang dikisahkan dalam surat Al Qashash.
“Dan
(Firaun) beserta tentaranya menyombongkan diri mereka dimuka bumi ini dengan
tanpa hak (yang pantas), dan mereka mengira bahwa mereka tidak akan
dikembalikan kepada Kami”. “Karena itu dia beserta tentaranya Kami siksa, lalu
Kami campakkan kedalam laut. Perhatikanlah bagaimanakah kesudahannya
orang-orang yang zalim?” (Al Qashash ayat 39 – 40).
Makna istidraj
Dari Ubah bin Amir radhiallahu ‘anhu,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya :
“Apabila
Anda melihat Allah memberikan kenikmatan dunia kepada seorang hamba, sementara
dia masih bergelimang dengan maksiat, maka itu hakikatnya adalah istidraj dari
Allah.”
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam membaca firman Allah,
“Tatkala mereka melupakan peringatan
yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu
kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang
telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka
ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al-An’am: 44)
(HR. Ahmad, no.17349, Thabrani dalam Al-Kabir, no.913, dan disahihkan Al-Albani dalam As-Shahihah, no. 414).
(HR. Ahmad, no.17349, Thabrani dalam Al-Kabir, no.913, dan disahihkan Al-Albani dalam As-Shahihah, no. 414).
2.2 Perbedaan
Antara Mu’jizat Dan Karomah
Setelah
kita mengetahui dalil-dalil tentang adanya Karomah para wali baik dari Al
Qur’an maupun As Sunnah maka kitapun perlu mengetahui perbedaan antara Karomah
dan mu’jizat.
- Mu’jizat terjadinya dengan unsur
kesengajaan dan ada kaitannya dengan kenabian, adapun Karomah terjadinya tidak
demikian.
- Karomah terjadinya pada seseorang
baik laki-laki maupun perempuan merdeka maupun budak, selama ia seorang yang
shalih. Sedang mu’jizat tidaklah terjadi kecuali pada seorang Nabi atau Rasul
yang tentunya seorang Nabi atau Rasul adalah seorang laki-laki dan bukan
seorang budak.
2.3
Perbedaan
Antara Karomah Dan Perbuatan Syaithon
Ada sesuatu yang bukan mu’jizat dan
juga bukan Karomah, dia adalah “Al Ahwal As Syaithoniyyah” (perbuatan
syaithon). Inilah yang banyak menipu kaum muslimin, dengan anggapan bahwa ia
Karomah, padahal justru tidak ada kaitannya dengan Karomah, karena.
- Karomah
datangnya dari Allah sedangkan ia jelas datangnya dari syaithon. Sebagaimana
yang terjadi pada Musailamah Al Kadzdzab dan Al Aswad Al Ansyi (dua orang
pendusta di zaman Rasulullah yang mengaku menjadi nabi) dan menyampaikan
perkara-perkara yang ghoib, ini jelas merupakan perbuatan syaithon.
- Demikian pula Karomah para wali disebabkan karena kuatnya keimanan dan ketaatan mereka kepada Allah . Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan: ”Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah maka ia pun menjadi wali Allah ”. Sedangkan perbuatan syaithon ini dikarenakan kufurnya mereka kepada Allah dengan melakukan kesyirikan-kesyirikan serta kemaksiatan kepada Allah , dan syarat-syarat tertentu yang harus ia lakukan.
- Demikian pula Karomah para wali disebabkan karena kuatnya keimanan dan ketaatan mereka kepada Allah . Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan: ”Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah maka ia pun menjadi wali Allah ”. Sedangkan perbuatan syaithon ini dikarenakan kufurnya mereka kepada Allah dengan melakukan kesyirikan-kesyirikan serta kemaksiatan kepada Allah , dan syarat-syarat tertentu yang harus ia lakukan.
- Karomah
merupakan suatu pemberian dari Allah kepada hamba-Nya yang shalih dengan tanpa
susah payah darinya, berbeda dengan perbuatan syaithon, maka ini terjadi dengan
susah payah setelah sebelumnya ia berbuat syirik kepada Allah.
- Karomah para wali tidak bisa disanggah atau dibatalkan dengan sesuatupun. Berbeda dengan perbuatan syaithon yang dapat dibatalkan dengan menyebut nama-nama Allah atau dibacakan ayat kursi atau yang semisalnya dari ayat-ayat Al Qur’an. Bahkan Syaikhul Islam menyebutkan bahwa ada seseorang yang terbang di atas udara kemudian datang seseorang dari Salafushshalih lalu dibacakan ayat kursi kepadanya maka seketika itu dia jatuh dan mati.
- Karomah para wali tidak bisa disanggah atau dibatalkan dengan sesuatupun. Berbeda dengan perbuatan syaithon yang dapat dibatalkan dengan menyebut nama-nama Allah atau dibacakan ayat kursi atau yang semisalnya dari ayat-ayat Al Qur’an. Bahkan Syaikhul Islam menyebutkan bahwa ada seseorang yang terbang di atas udara kemudian datang seseorang dari Salafushshalih lalu dibacakan ayat kursi kepadanya maka seketika itu dia jatuh dan mati.
- Karomah
itu tidaklah menjadikan seseorang sombong dan merasa bangga diri, justru dengan
adanya Karomah ini menjadikannya semakin bertaqwa kepada Allah dan semakin
mensyukuri nikmat Allah . Adapun perbuatan syaithon bisa menjadikan seseorang
bangga diri atau sombong dengan kemampuan yang dia miliki serta angkuh terhadap
Allah , sehingga jelaslah bagi kita akan hakekat Karomah dan perbuatan
syaithon.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sebagai kesimpulannya
kita dapat mengambil dari pembahasan tersebut bahwa ilham adalah sasuatu
yang ada dalam hati, berupa ilmu pengetahuan yang mengajak kepada amal. Karamah tidak terjadi
kecuali pada para wali, yaitu orang-orang yang mempunyai akidah yang benar,
selalu berada dalam ketaatan, menjahui maksiat dan memalingkan diri dari
perkara-perkara yang menjerumuskan ke dalam syahwat dan kenikmatan. Dan Istidraj adalah suatu
kelebihan/keunggulan yang diberikan oleh Allah pada para hambanya yang bukan
bertaqwa dan shalih, termasuk juga sebagian hambanya yang kafir dan membangkang
terhadap agamaNya.
DAFTAR PUSTAKA