Sunday, November 5, 2017

Makalah Buah dari Tasawuf (Ilham, Karomah, dan Istidraj)

Buah dari Tasawuf (Ilham, Karomah, dan Istidraj)

1.1 Latar Belakang
Pembahasan tentang tasawuf sampai detik ini masih menjadi isu yang menarik untuk didiskusikan terutama di kalangan akademisi, meskipun sebenarnya perkembangan tasawuf sudah dimulai sejak  abad  pertama dan kedua hijriah, yang mana ajarannya masih bercorak akhlaqi, yakni berupa pendidikan moral dan mental dalam rangka pembersihan jiwa dari pengaruh-pengaruh duniawi.Terkadang banyak yang salah mengartikan dan memahami arti serta perbedaan antara ilham, karomah dan istidraj.
1.2 Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian buah taswuf  ilham, karomah dan istidraj ?
2.      Apa dalil tentang ilham, karomah dan istidraj ?
3.      Apa perbedaan antara ilham, karomah dan istidraj ?
4.      Apa saja contoh ilham, karomah dan istidraj
1.3 Tujuan
1.      Mengetahui pengertian buah tasawuf ilham, karomah dan istidraj
2.      Mengetahui dalil tantang ilham, karomah dan istidraj
3.      Mengetahui perbedaan antara ilham, karomah dan istidraj
4.      Mengetahui apa saja contoh ilham, karomah dan istidraj

           





BAB II
PEMBAHASAN
2.1        Ilham, Karomah dan Istidraj
A.          Ilham
Al-Qur’an menyebutnya dalam bentuk fi’lun madhi (kata kerja sudah berlaku) yaitu dalam Surah Asy-Syams 7-8 :
91:7
91:8
 “Lalu diilhamkan (Allah) kepadanya mana yang buruknya dan mana yang taqwanya (baiknya).”
“Ilham ialah apa-apa yang diletakkan dalam hati dalam bentuk yang melimpah dan khusus dengan sesuatu yang datangnya daripada Allah atau daripada para Malaikat.” Dikatakan pula: “Meletakkan sesuatu di dalam hati, yang karenanya hati menjadi tenteram dan hal itu dikhususkan oleh Allah bagi para hamba yang dikehendakiNya.”
Di dalam Lisanul Arab (definisi ini diambil dari kitab An-Nihayah, yang disusun oleh Ibnul Atsir) pula disebutkan: “Ilham ialah Allah menanamkan di dalam jiwa seseorang sesuatu yang dapat mendorongnya untuk melakukan atau meninggalkan sesuatu, dan ia termasuk jenis wahyu yang dengannya Allah mengkhususkan siapa saja yang dikehendakiNya di antara hamba-hambaNya.”
Di dalam Syarh Aqidah Nasafiyyah (Syarh al-’Aqa’idun Nasafiyyah, At-Taftazani, beserta kedua hasyiyyah-nya, hal. 41, Mustafa Al-Halabi) dinyatakan: “Ilham adalah menanamkan sesuatu dalam hati secara melimpah.” Manakala At-Ta’rifat (Al-Jurjani, hal. 57, Tahqiq oleh DR Abdul Rahman ‘Umairah, Alamul Kutub Bairut) dikatakan: “Ilham adalah apa yang ditanamkan di dalam hati dengan cara yang melimpah.” Sementara di dalam An-Nihayah (An-Nihayah fii Ghariibil Hadiitsi wal Atsar, Ibnul Atsir, bab La-ha-ma, IV/282, Isa Al-Halabi) pula dikatakan : “Ilham ialah Allah meletakkan di dalam jiwa seseorang perintah yang membangkitkannya untuk melakukan atau meninggalkan sesuatu dan hal itu termasuk jenis wahyu yang dikhususkan oleh Allah kepada siapa saja yang dikehendakiNya di antara para hambaNya.”
Dalam Sahih Bukhari dan Muslim dalam bab ‘haddatha’ mereka menyebut sebuah hadits shahih: “Sungguh telah ada pada umat terdahulu para muhaddithun, dan jika ada seseorang dari umatku, maka ia adalah Umar bin Khattab.” Kemudian dinyatakan dalam an-Nihayah: “Pentafsiran dari hadith ini ialah mereka itu adalah orang-orang yang diberikan ilham & orang yang diberikan ilham adalah orang yang dalam dirinya diletakkan sesuatu lalu dengannya ia diberi tahu tentang suatu perkiraan atau suatu firasat. Hal ini semacam sesuatu yang dikhususkan oleh Allah kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya dari para hamba yang dipilih-Nya, misalnya Umar, seolah-olah disampaikan pembicaraan kepada mereka lalu mereka mengatakannya.”
Dari definisi di atas dapat disimpulkan, Ilham adalah penyampaian suatu makna, fikiran atau hakikat di dalam jiwa atau hati secara melimpah. Maksudnya Allah SWT menciptakan padanya ilmu daruri yang ia tidak dapat menolaknya, yaitu bukan dengan cara dipelajari akan tetapi dilimpahkan ke dalam jiwanya bukan karena kemauannya.
Ilham bisa bersumber dari Allah, dan bisa juga dari malaikat-Nya. Darinya dapat dipahami perintah, larangan, motivasi atau ancaman.
·         Ilham yang bersumber dari Allah
Allah menceritakan kepada kita dalam al-Qur'an tentang Maryam r.a. ketika beliau berteduh di bawah pohon kurma pada musim dingin. Kemudian Allah berbicara dengannya melalui ilham dan wahyu tanpa ada perantara. Allah berkata kepadanya, "Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu. Maka makan, minum dan bersenanglah." (QS. Maryam: 25-26) Ketika menafsirkan ayat ini, Fakhruddin ar-Razi berkata, "Sesungguhnya itu terjadi melalui tiupan ke dalam jiwa, ilham dan bisikan ke dalam hati, sebagaimana yang terjadi pada ibu Musa a.s. dalam firman-Nya, ‘Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa. (QS. Al-Qashash: 7)
Allah juga memberitahukan kepada kita tentang ibu Musa a.s. ketika dia merasa bersedih tentang anaknya karena tentara Firaun hendak membunuhnya. Lalu Allah memberinya ilham dan wahyu tanpa perantara. Allah berfirman:
28:7Artinya :"Dan Kami wahyukan (ilhamkan) kepada ibu Musa, 'Susuilah dia. Apabila engkau khawatir terhadapnya, maka lepaskan dia ke sungai. Janganlah engkau khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu dan menjadikannya sebagai (salah seorang) dari para rasul." (QS. Al-Qashash: 7)
Ibu Musa pun melepaskan anaknya ke sungai. Hatinya sungguh khawatir melihat gelombang air. Kemanakah akan pergi anak yang mulia ini di antara gelombang air? Dia pasti akan binasa. Akan tetapi, ibu Musa merasa yakin akan apa yang dia lakukan, karena dia sudah terbiasa mendengarkan wahyu yang datang kepadanya dari Tuhan tanpa perantara, baik dalam khalwatnya ataupun dalam kesehariannya. Dia adalah seorang ibu mukminah. Dan dia adalah seorang wali, bukan nabi.
Demikianlah sosok Maryam dan ibu Musa dalam umat Israel. Maka, bagaimana pendapatmu tentang umat Muhammad yang telah dipersaksikan Allah dengan kebaikan atas umat yang lain? Allah berfirman, "Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia. Kalian menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar." (QS. Ali Imran: 110)
·         Ilham yang bersumber dari malaikat
Malaikat berbicara dengan manusia, sebagaimana dalam sabda Nabi s.a.w.,
"Adapun isyarat malaikat adalah janji dengan kebaikan dan pembenaran atas yang benar. Barangsiapa mendapatkannya, maka hendaklah dia mengetahui bahwa itu bersumber dari Allah dan hendaklah dia memuji Allah." (HR. Tirmidzi)
Tentang firman Allah, “Dan (ingatlah) ketika malaikat (Jibril) berkata, 'Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilihmu, mensucikanmu dan melebihkanmu atas semua wanita di dunia." (QS. Ali Imran: 42) Fakhruddin ar-Razi berkata, "Ketahuilah bahwa Maryam a.s. bukanlah seorang nabi, berdasarkan firman Allah, "Kami tidak mengutus sebelum engkau, melainkan para laki-laki yang Kami berikan wahyu kepada mereka." (Qs. Yusuf: 109) Jika demikian halnya, maka pengiriman Jibril kepadanya merupakan karamah baginya. Jibril berbicara langsung dengan Maryam. Dan ini bukanlah sesuatu yang khusus bagi Maryam, akan tetapi banyak sekali orang-orang saleh yang malaikat berbicara dengan mereka.

Diriwayatkan bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda, "Ada seseorang yang berkunjung ke rumah saudaranya di desa yang lain. Lalu Allah mengutus seorang malaikat untuk menjaga jalannya. Ketika dia telah sampai di desa tersebut, malaikat itu bertanya, 'Engkau mau kemana?’ Dia menjawab, 'Aku ingin bertemu dengan saudaraku di desa ini.' Malaikat itu bertanya lagi, 'Apakah engkau memiliki suatu nikmat untuknya?' Dia menjawab, 'Tidak, selain bahwa aku mencintainya karena Allah.' Malaikat itu berkata, 'Aku adalah utusan Allah yang diperintahkan untuk memberitahukan kepadamu bahwa Allah telah mencintaimu sebagaimana engkau mencintai saudaramu karena-Nya’. (HR. Muslim)
Tentang hadis ini, Muhammad ibn Allan ash-Shiddiqi asy-Syafi'i berkata, "Pada zahirnya, malaikat tersebut berbicara dengannya secara langsung. Allah berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, 'Tuhan kami adalah Allah,' kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), 'Janganlah kalian merasa takut dan janganlah kalian merasa sedih. Dan bergembiralah kalian dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepada kalian. Kamilah pelindung-pelindung kalian dalam kehidupan dunia dan akhirat'." (QS. Fushshilat: 30-31)
Ketika menafsirkan turunnya malaikat dalam ayat ini, al-Alusi mengatakan, "Malaikat turun pada saat kematian, di alam kubur dan pada saat pembangkitan. Dikatakan bahwa malaikat turun kepada mereka, berarti para malaikat membantu mereka dalam semua urusan dunia dan agama dengan sesuatu yang dapat melapangkan hati dan menghilangkan rasa takut dan sedih mereka, dengan ilham."
Pendapat inilah yang paling jelas. Sebab, dia mencakup turunnya malaikat di tiga tempat tersebut dan yang lainnya. Sebagian orang menyebutkan turunnya malaikat kepada orang-orang yang bertakwa dan mereka mengambil dari malaikat tersebut apa-apa yang mereka inginkan. Maka perhatikanlah hal ini, kemudian Allah berfirman,
"Dan bergembiralah kalian dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepada kalian." (QS. Fushshilat: 31) Yaitu, yang dijanjikan kepada kalian ketika di dunia melalui lisan para rasul. Inimerupakan salah satu kegembiraan mereka di salah satu dari tiga tempat di atas.
Kemudian Allah berfirman, "Kamilah pelindung-pelindung kalian dalam kehidupan dunia." (QS. Fushshilat: 31) Ini adalah di antara kegembiraan mereka di dunia. Artinya, Kamilah penolong-penolong kalian dalam semua urusan kalian. Kami mengilhami kalian dengan kebenaran, dan menunjuki kalian kepada kebaikan dan maslahat.
Sesungguhnya malaikat berbicara langsung kepada sejumlah orang yang bertakwa di selain tempat yang telah disebutkan di atas. "Kamilah pelindung-pelindung kalian dalam kehidupan dunia".
Ketika menafsirkan ayat ini, Imam Fakhruddin ar-Razi berkata: Kemudian Allah memberitahukan bahwa malaikat mengatakan kepada orang-orang mukmin, "Kamilah pelindung-pelindung kalian dalam kehidupan dunia dan di akhirat." (QS. Fushshilat: 31). Arti pelindung di sini adalah bahwa para malaikat mempunyai pengaruh dalam jiwa manusia dengan ilham, firasat, dan maqam-maqam yang hakiki, sebagaimana halnya setan yang memiliki pengaruh terhadap jiwa manusia dengan memberikan godaan dan mengkhayalkan yang batil-batil kepadanya.

B.           Karomah
Pengertian karomah secara bahasa, karomah berasal dari kata karoma - karim (mulia) yang berarti kemuliaan atau penghormatan, yakni kemuliaan/penghormatan dari Allah Swt. Secara istilah, karomah adalah hal atau kejadian yang luar biasa di luar nalar (logika) dan kemampuan manusia awam yang terjadi pada diri seseorang (wali Allah).
Karomah dimiliki sebagian orang yang suka menjalankan kebaikan, sunnah, dan memiliki keistiqomahan yang sempurna. Allah Swt memberikan kemuliaan dengan karomah ini kepada siapa saja yang Dia dikehendaki.                                    .
      Menurut Syaikh Ibnu Utsaimin dalam Syarh al-Aqidah al-Wasithiyah, Ahlus Sunnah wal Jama’ah mengimani adanya karomah bagi wali-wali Allah. Oleh karena itu,  Imam At Thahawi didalam kitab akidahnya yang terkenal, Aqidah Thahawiyah, berkata:
”Kita tidak mengutamakan seorang wali pun lebih di atas para nabi a.s. dan kita katakan: satu orang nabi itu lebih utama dari seluruh para wali. Dan kita mengimani tentang karomah mereka dan  kabar yang shohih dari orang-orang yang tsiqah (terpercaya) berkenaan dengan riwayat  mereka”.                                               
Syarat  suatu kejadian itu dikatakan sebagai karomah, di antaranya orang-orang yang beriman, jujur, bertakwa, dan menjalankan syariat Allah Ta’ala.
Contoh Karomah
1. Allah berfirman:

            “Setiap Zakaria masuk untuk menemui Maryam di mihrob, ia dapati makanan di sisinya, Zakaria berkata: “Hai Maryam, dari mana kamu memperoleh makanan ini”. Maryam menjawab:” Makanan itu dari sisi Allah, sesungguhnya Allah memberikan rizki kepada yang dikehendaki-Nya tanpa hisab”. (QS. Al Imroh: 37)
Asy Syaikh Abdurrahman As Sa’di berkata: “Ayat ini merupakan dalil akan adanya Karomah para wali yang keluar dari kebiasaan manusia, sebagaimana yang telah mutawatir dari hadits-hadits tentang permasalahan ini. Berbeda dengan orang-orang yang tidak meyakini tentang adanya Karomah ini.” (Taisir Karimur Rahman hal: 129)

2. Apa yang terjadi pada “Ashhabul Kahfi” (penghuni gua). Suatu kisah agung yang terdapat dalam surat Al Kahfi. Allah berfirman (artinya)
:
“Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Rabb mereka dan kami tambahkan pada mereka petunjuk.” (QS. Al Kahfi: 13).
Mereka ini (Ashabul Kahfi) sebelumnya hidup di tengah-tengah masyarakat yang kafir (dengan pemerintahan yang kafir) lalu mereka lari dari masyarakat itu. Dalam rangka menyelamatkan agama mereka, kemudian Allah melindungi mereka didalam Al Kahfi (gua yang luas yang berada di gunung).
Tatkala Allah telah selamatkan mereka di dalam gua tersebut, lalu Allah tidurkan mereka dalam waktu yang sangat panjang, disebutkan dalam ayat (artinya) :
“Mereka tinggal dalam gua selama tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi).” (Al Kahfi:25).
Dalam kisah ini ada beberapa Karomah yang diberikan oleh Allah kepada Ashhabul Kahfi, diantaranya.
a.       Allah menyatakan (artinya)
“Dan kamu mengira mereka itu bangun padahal mereka tidur”.
b.      Mata-mata mereka terbuka sehingga masuklah udara kedalamnya padahal mereka       dalam keadaan tidur.
c.       Allah menyatakan (artinya) :
“Dan kami bolak-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri “, yang ini lebih baik bagi mereka dan lebih bermanfaat bagi tubuh mereka. Jadi mereka tidak tetap dalam satu posisi.
d.      Allah menyatakan (artinya) :
“Sedang anjingnya menjulurkan kedua lengannya ke muka pintu gua”.
Dan ini dantara sebab diberikannya penjagaan yang sempurna oleh Allah, kemudian Allah teruskan firman-Nya (artinya)
:
”Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan diri dengan penuh ketakutan terhadap mereka”. Dan inilah yang paling nampak dari perkara Karomah.

3. Diantara Karomah para wali yang disebutkan dalam Al Qur’an adalah apa yang terjadi pada Dzul Qornain yaitu seorang raja yang shalih yang Allah nyatakan:
“Sesungguhnya kami telah memberi kekuasaan kepadanya di muka bumi dan kami telah memberikan kepadanya jalan untuk mencapai segala sesuatu”. (Al Kahfi :84)
Dan juga dialah yang telah membuat pembatas yang membatasi antara manusia dengan Ya’juj dan Ma’juj hingga hari akhir, kisah ini terdapat dalam surat Al Kahfi:83-98

4
. Diantara Karomah para wali juga apa yang terjadi pada kedua orang tua seorang anak yang dibunuh oleh nabi Khidhir yang ketika itu nabi Musa mengatakan: ”Mengapa engkau bunuh jiwa yang bersih padahal dia tidak membunuh orang lain“, yang kemudian Khidhir menjawabnya: “Dan adapun anak itu maka kedua orang tuanya adalah orang yang mukmin dan kami khawatir bahwa dia akan menariknya kepada kesesatan dan kekafiran.” (Al Kahfi:74)
5. Apa yang disebutkan di dalam kisah tiga orang yang berlindung kedalam gua namun tiba-tiba jatuhlah batu besar sehingga menutupi pintu gua dan akhirnya mereka tekurung di dalamnya, kemudian mereka bertawassul dengan amalan-amalan shalih masing-masing.
Salah seorang diantara mereka ada yang bertawassul dengan amalan shalihnya yaitu berbakti kepada kedua orang tuanya, yang kemudian ia berdoa: “Ya Allah jika perbuatan ini semata-mata karena mengharap ridho-Mu maka geserlah batu ini.” Kemudian batu itu bergeser sedikit.
Orang kedua pun bertawassul dengan amalan shalihnya yaitu dengan dia bisa menjaga dirinya dari terjatuh ke dalam perbuatan zina dengan saudara sepupunya, padahal ia mampu untuk melakukan perbuatan itu. Kemudian batu itu bergeser sedikit namun mereka belum bisa keluar. Kemudian orang yang ketiga bertawassul dengan amalan kebaikannya, yang ketika dulu ia pernah berbuat baik kepada karyawannya yang pergi meninggalkannya tanpa mengambil gajinya terlebih dahulu, kemudian gajinya itu dia kembangkan dengan penuh amanah sampai harta tersebut menjadi banyak, selang beberapa tahun karyawan itu datang kembali untuk mengambil gajinya yang dulu belum ia ambil, kemudian orang itu memberikan semua gajinya yang telah berkembang menjadi harta yang banyak, maka batu pun bergeser sehingga mereka dapat keluar dari gua tersebut, Allah selamatkan mereka dengan sebab tawassul mereka itu.
Kisah tersebut terdapat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim dari sahabat Abdullah bin Umar radliyallahu ‘anhuma. Para ulama menyebutkan bahwa kisah di atas termasuk Karomah para wali.

6. Apa yang terjadi pada Ummul mukminin Khodijah bahwasanya Jibril datang pada Rasulullah dengan menyampaikan salam Allah untuk Khodijah serta menyampaikan berita gembira baginya bahwa ia akan mendapatkan rumah yang terbuat dari permata berlian yang indah di jannah. (HR. Bukhori dari sahabat ‘Aisyah ).
Dan ini merupakan dalil bahwa Karomah pun terjadi pada seorang perempuan.
7. Apa yang telah mutawatir tentang berita salafus shalih akan perkara Karomah yang terjadi pada diri mereka, dan generasi setelah mereka.
Ø  Dalil Karamah dari al-Qur an
1.          Cerita Ashabul Kahfi yang tertidur panjang dalam keadaan hidup dan selamat dari bencana selama 309 tahun, dan Allah menjaga mereka dari panasnya matahari. Allah berfirman :
18:17
Artinya  :"Dan engkau akan melihat ketika matahari terbit, dia condong dari gua mereka ke sebelah kanan. Dan ketika matahari itu terbenam, dia menjauhi mereka ke sebelah kiri." (QS. Al-Kahfi: 17)
2.          Al-Kahfi
18:18
Artinya :"Dan engkau mengira mereka itu bangun, padahal mereka tidur. Dan Kami balik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri. Sedang anjing mereka menjulurkan kedua lengannya di muka pintu gua." (QS. Al-Kahfi: 18)

3.          "Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi)." (QS. Al-Kahfi: 25)
4.          Kisah Maryam yang menggoyang pohon kurma yang kering. Seketika itu juga, pohon tersebut menjadi rindang dan berjatuhanlah kurma yang sudah masak di luar musimnya.
19:25
Artinya :"Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu." (QS. Maryam: 25)
5.          Apa yang diceritakan Allah dalam al-Qur'an kepada kita bahwa setiap kali Zakaria masuk ke mihrab Maryam, dia menemukan rezeki di dalamnya, padahal tidak ada yang masuk ke situ selain dia. Lalu dia berkata, "Wahai Maryam, dari manakah engkau memperoleh ini?" Maryam menjawab, "Ini semua dari Allah." "Setiap kali Zakaria masuk untuk menemui Maryam di mihrab, dia temukan makanan di sisinya. Lalu dia berkata, 'Hai Maryam, dari mana engkau memperoleh (maka-nan) ini?' Maryam menjawab, 'Makanan ini dari sisi Allah." (QS. Ali Imran: 37)
6.          Cerita Ashif ibn Barkhiya bersama Sulaiman a.s., sebagaimana dikatakan oleh mayoritas mufasirin, “Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Kitab, ‘Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip'." (QS. An-Naml: 40)
7.          Maka dia pun membawa singgasana ratu Bilqis dari Yaman ke Palestinasebelum mata berkedip.

Ø  Dalil Karamah dari Sunnah
1.          Kisah Juraij al-Abid yang berbicara dengan bayi yang masih dalam buaian. Ini adalah hadis sahih yang dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim dalam ash-Shahihain.
2.          Kisah seorang anak laki-laki yang berbicara ketika masih dalam buaian.
3.          Kisah tiga orang laki-laki yang masuk ke dalam gua dan bergesernya batu besar yang sebelumnya menutupi pintu gua tersebut. Hadis ini yang sepakati kesahihannya.
4.          Kisah lembu yang berbicara dengan pemiliknya. Hadis ini adalah hadis sahih yang masyhur.







C.          Istidraj
Istidraj adalah suatu kelebihan/keunggulan yang diberikan oleh Allah pada para hambanya yang bukan bertaqwa dan shalih, termasuk juga sebagian hambanya yang kafir dan membang­kang terhadap agamaNya.
            Contohnya :
  • Ilmu santet yang dilakukan oleh dukun.
Kelebihan semacam itu sengaja diberikan oleh Allah kepada mereka agar mereka bertambah jauh dari Allah dan tambah bermaksiat kepadaNya, sampai pada batas dan waktu yang di­tentukan. Yang pada umumnya diakhiri dengan akibat buruk bagi orang itu. Misalnya saja Kekuasaan dan keunggulan yang diberikan kepada Firaun. Yang mana dengan kekuasaan itu Firaun tidak bertambah taat kepada Allah. Bahkan makin bertambah durhaka terhadapNya.
Dalam Al Quraan sendiri banyak diterangkan tentang ISTIDRAJ yang diberikan oleh Allah kepada orang-orang yang mendurhakai Allah agar mereka makin bertambah durhaka kepada Allah. Untuk itu marilah kita ikuti firman Allah yang tercantum dalam ayat-ayat di- bawah ini :
7:1827:183
Artinya:
“Dan orang-orang yang mendustakan ayat Kami, nanti akan Kami tarik mereka dengan cara berangsur-angsur (kearah kebinasaan) dengan cara yang tak mereka sadari”.
“Dan Aku memberi tangguh kepada mereka, (namun) sesungguhnya rencana Ku (untuk menyiksa mereka) sangat kuat sekali”. (Al A’raf 182-183).


Artinya:
“Sebab itu biarkan Aku berurusan dengan orang yang mendustakan perkataan ini (Al Quraan). Kami akan membinasakan mereka secara berangsur-angsur yang mereka tidak sadari”. (Al Qalam ayat 44)
Artinya:
“Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir itu mengira bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka itu ada lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka, hanyalah supaya mereka bertambah berbuat dosa. Dan bagi mereka disediakan siksaan yang menghinakan “. (Ali Imran ayat 178).
Demikian pula dalam Al Qur’an juga diterangkan tentang be­berapa contoh dari orang-orang kafir yang diberikan tangguh oleh Allah sampai pada puncaknya mereka disiksa dengan segala macam siksaan yang pedih. Misalnya saja Firaun, yang diberikan kekuasaan oleh Allah agar dia mau tunduk kepada Musa. Namun Firaun tidak mau bahkan dia sombong sampai Allah membinasakannya beserta seluruh tentaranya se­perti yang dikisahkan dalam surat Al Qashash.
“Dan (Firaun) beserta tentaranya menyombongkan diri mereka dimuka bumi ini dengan tanpa hak (yang pantas), dan mereka mengira bahwa mereka tidak akan dikembalikan kepada Kami”. “Karena itu dia beserta tentaranya Kami siksa, lalu Kami campakkan kedalam laut. Perhatikanlah bagaimanakah kesudahannya orang-orang yang zalim?” (Al Qashash ayat 39 – 40).
Makna istidraj                       
Dari Ubah bin Amir radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya :
 “Apabila Anda melihat Allah memberikan kenikmatan dunia kepada seorang hamba, sementara dia masih bergelimang dengan maksiat, maka itu hakikatnya adalah istidraj dari Allah.”

Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca firman Allah,
6:44
Tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al-An’am: 44)
(HR. Ahmad, no.17349, Thabrani dalam Al-Kabir, no.913, dan disahihkan Al-Albani dalam As-Shahihah, no. 414).
2.2       Perbedaan Antara Mu’jizat Dan Karomah
            Setelah kita mengetahui dalil-dalil tentang adanya Karomah para wali baik dari Al Qur’an maupun As Sunnah maka kitapun perlu mengetahui perbedaan antara Karomah dan mu’jizat.
- Mu’jizat terjadinya dengan unsur kesengajaan dan ada kaitannya dengan kenabian, adapun Karomah terjadinya tidak demikian.
- Karomah terjadinya pada seseorang baik laki-laki maupun perempuan merdeka maupun budak, selama ia seorang yang shalih. Sedang mu’jizat tidaklah terjadi kecuali pada seorang Nabi atau Rasul yang tentunya seorang Nabi atau Rasul adalah seorang laki-laki dan bukan seorang budak.
2.3               Perbedaan Antara Karomah Dan Perbuatan Syaithon

            Ada sesuatu yang bukan mu’jizat dan juga bukan Karomah, dia adalah “Al Ahwal As Syaithoniyyah” (perbuatan syaithon). Inilah yang banyak menipu kaum muslimin, dengan anggapan bahwa ia Karomah, padahal justru tidak ada kaitannya dengan Karomah, karena.
- Karomah datangnya dari Allah sedangkan ia jelas datangnya dari syaithon. Sebagaimana yang terjadi pada Musailamah Al Kadzdzab dan Al Aswad Al Ansyi (dua orang pendusta di zaman Rasulullah yang mengaku menjadi nabi) dan menyampaikan perkara-perkara yang ghoib, ini jelas merupakan perbuatan syaithon.
- Demikian pula Karomah para wali disebabkan karena kuatnya keimanan dan ketaatan mereka kepada Allah . Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan: ”Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah maka ia pun menjadi wali Allah ”. Sedangkan perbuatan syaithon ini dikarenakan kufurnya mereka kepada Allah dengan melakukan kesyirikan-kesyirikan serta kemaksiatan kepada Allah , dan syarat-syarat tertentu yang harus ia lakukan
.
- Karomah merupakan suatu pemberian dari Allah kepada hamba-Nya yang shalih dengan tanpa susah payah darinya, berbeda dengan perbuatan syaithon, maka ini terjadi dengan susah payah setelah sebelumnya ia berbuat syirik kepada Allah.
- Karomah para wali tidak bisa disanggah atau dibatalkan dengan sesuatupun. Berbeda dengan perbuatan syaithon yang dapat dibatalkan dengan menyebut nama-nama Allah atau dibacakan ayat kursi atau yang semisalnya dari ayat-ayat Al Qur’an. Bahkan Syaikhul Islam menyebutkan bahwa ada seseorang yang terbang di atas udara kemudian datang seseorang dari Salafushshalih lalu dibacakan ayat kursi kepadanya maka seketika itu dia jatuh dan mati
.
- Karomah itu tidaklah menjadikan seseorang sombong dan merasa bangga diri, justru dengan adanya Karomah ini menjadikannya semakin bertaqwa kepada Allah dan semakin mensyukuri nikmat Allah . Adapun perbuatan syaithon bisa menjadikan seseorang bangga diri atau sombong dengan kemampuan yang dia miliki serta angkuh terhadap Allah , sehingga jelaslah bagi kita akan hakekat Karomah dan perbuatan syaithon.






BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Sebagai kesimpulannya kita dapat mengambil dari pembahasan tersebut bahwa ilham adalah sasuatu yang ada dalam hati, berupa ilmu pengetahuan yang mengajak kepada amal. Karamah tidak terjadi kecuali pada para wali, yaitu orang-orang yang mempunyai akidah yang benar, selalu berada dalam ketaatan, menjahui maksiat dan memalingkan diri dari perkara-perkara yang menjerumuskan ke dalam syahwat dan kenikmatan. Dan Istidraj adalah suatu kelebihan/keunggulan yang diberikan oleh Allah pada para hambanya yang bukan bertaqwa dan shalih, termasuk juga sebagian hambanya yang kafir dan membang­kang terhadap agamaNya.












DAFTAR PUSTAKA

Featured Post

Sistem Informasi Kuis dan Materi (e-learning) 2019