MAKKIYAH DAN MADANIYAH
Al-Qur’an merupakan firman (kalam) Allah SWT yang diwahyukan
kepada nabi Muhammad Saw melalui malaikat Jibril dengan lafazd dan maknanya.
al-Qur’an sebagai kitabullah menempati posisi sebagai sumber pertama dan utama
dari seluruh ajaran Islam. Selain itu al-Qur’an juga berfungsi sebagai petunjuk
bagi umat manusia dalam mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Cara yang dilakukan para ulama dalam memahami hakikat makna
dan kandungan al-Qur’an, yakni dengan cara menafsiri ayat-ayat al-Qur’an dengan
meninjau dari berbagai segala aspek yang berhubungan dengan al-Qur’an, seperti
sejarah turunnya al-Qur’an, karakteristik al-Qur’an, kandungan isi al-Qur’an
dan kaedah-kaedah tafsir yang digunakan dalam memahami makna al-Qur’an. Di
antara kaedah-kaedah tafsir yang penting diketahui dalam proses penafsiran
al-Qur’an adalah masalah makkiyah-madaniyah dan muhkam-mutasyabih.
Makkiyah-madaniyah merupakan istilah yang dipopulerkan para
ulama dalam membedakan ayat-ayat al-Qur’an sesuai dengan tempat turun ayat
al-Qur’an. Pembahasan mengenai surah makkiyah-madaniyah, tidak ada ayat
al-Qur’an atau hadis yang khusus menjelaskan tentang makkiyah dan madaniyah.
Menurut Qadhi Abu Bakar dalam kitabnya al-Intishar, tidak ada nash yang
menjelaskan tentang makkiyah-madaniyah, disebabkan Allah tidak memerintahkan
nabi untuk menjelaskan tentang hal itu. Demikian juga, Allah tidak menjadikan
pengetahuan tentang makkiyah-madaniyah sebagai suatu kewajiban.
Ilmu makkiyah-madaniyah dapat diketahui berdasarkan riwayat
para sahabat dan tabi’in. Pada saat al-Qur’an diturunkan para sahabat merasa
tidak membutuhkan penjelasan tentang persoalan mengenai ilmu-ilmu tentang
turunnya al-Qur’an tersebut termasuk makkiyah dan madaniyah. Disebabkan para
sahabat sudah menyaksikan sendiri waktu-waktu turunnya wahyu, cara-cara
turunnya dan materi serta kasus yang menyebabkan turunnya wahyu.
B. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan pembahasan makalah ini
adalah:
- mengetahui pengertian Makkiyah
dan Madaniyah
- mengetahui perbedaan antara
Makkiyah dan Madaniyah
- mengetahui pembeda antara
Makkiyah dan Madaniyah
- mengetahui Faedah ilmu
Makkiyah dan Madaniyah
C. Rumusan Masalah
Adapun batasan-batasan masalah atau
batasan pembahasan makalah ini adalah:
- Apa pengertian Makkiyah dan
Madaniyah?
- Apa saja perbedaan antara Makkiyah
dan Madaniyah?
- Apa saja pembeda antara
Makkiyah dan Madaniyah?
- Apa saja faedah ilmu Makkiyah
dan Madaniyah?
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Makkiyah dan
Madaniyah
Makkiyah diambil dari nama kota
Makkah, tempat Islam lahir dan tumbuh. Kata makkiyah merupakan kata sifat yang
disandarkan kepada kota tersebut. Dan sesuatu disebut makkiyah apabila ia
mengandung kriteria yang berasal dari Makkah atau yang berkenaan dengannya.
Begitu pula dengan madaniyah, ia diambil dari nama kota Madinah, tempat
Rasulullah SAW berhijrah dan membangun masyarakat Islam serta mengembangkan
Islam hingga ke segala penjuru dunia.
Sekalipun kemudian da’wah Rasulullah
melewati batas-batas wilayah kedua kota tersebut, namun Makkah dan Madinah
tetap mempunyai peran yang signifikan dalam setiap proses pengembangan Islam.
Karenanya pengertian makkiyah dan madaniyah tidak hanya terbatas pada ruang
lingkup tempat atau penduduk yang berdiam dikedua kota tersebut, melainkan
mencakup didalamnya periode waktu. Dari sini kemudian para ulama dalam
mendefinisikan makkiyah dan madaniyah tidak hanya terpaku pada pengertian yang
sangat sempit, melainkan juga memasukan unsur waktu yang tak terpisahkan dari
sejarah Rasulullah.
Imam Az Zarkasyi dalam bukunya Al
Burhan fi Ulum Al Qur’an telah menyebutkan tiga variabel definisi mengenai
makkiyah dan madaniyah.
1. Pertama,
definisi berkonotasi tempat, bahwa makkiyah adalah unit wahyu yang diturunkan
di Mekah, dan madaniyah adalah unit wahyu yang diturunkan di Madinah.
2. Kedua,
definisi berkonotasi periode waktu, bahwa makkiyah adalah unit wahyu yang
diturunkan sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah. Dan madaniyah adalah unit
wahyu yang diturunkan setelah hijrah.
3. Ketiga,
definisi berkonotasi objek wahyu, atau kepada siapa khitabnya ditujukan. Maka
makkiyah adalah unit wahyu yang dikhitabkan kepada penduduk Mekah, sedangkan
madaniyah adalah unit wahyu yang dikhitabkan kepada penduduk Madinah.
Dan menurut beliau definisi yang kedua adalah yang sangat popular dikalangan para ulama. Begitu pula dengan Imam As Suyuthi dalam bukunya Al Itqan fi Ulum Al Qur’an.
Dan menurut beliau definisi yang kedua adalah yang sangat popular dikalangan para ulama. Begitu pula dengan Imam As Suyuthi dalam bukunya Al Itqan fi Ulum Al Qur’an.
2. Perhatian ulama terhadap ayat – ayat Makkiyah dan
Madaniyah
Para ulama begitu tertarik untuk
menyelidiki surah-surah makki dan madani. Mereka meneliti Qur`an ayat demi ayat
dan surah-demi surah untuk ditertibkan, sesuai dengan nuzulnya, dengan
memperhatikan waktu, tempat dan pola kalimat. Bahkan lebih dari itu, mereka
mengumpulkan antara waktu, tempat dan pola kalimat. Cara demikian merupakan
ketentuan cermat yang memberikan pada peneliti obyektif, gambaran mengenai
penyelidikan, ilmiah tentang ilmu makki dan madani. Dan itu pula sikap ulama
kita dalam melakukan pembahasan-pembahasan terhadap aspek kajian Qur`an
lainnya. Yang terpenting dipelajari para ulama dalam pembahasan ini ialah: 1)
Yang diturunkan di Mekah, 2) yang turun di Madinah, 3) yang diperselisihkan, 4)
ayat-ayat Makkiah dalam surah-surah Madaniah, 5) ayat-ayat Madaniah dalam surah
Makkiah, 6) yang diturunkah di Makah sedang hukumnya Madani, 7) yang diturunkan
di Madinah sedang hukumnya Makki, 8) yang serupa diturunkan di Makkah (Makki)
dalam kelompok Madani, 9) yang serupa diturunkan di Madinah (Madani) dalam
kelompok Makki, 10) yang dibawa dari Makkah ke Madinah, 11) yang dibawa dari
Madinaah ke Mekkah, 12) yangturun diwaktu malam dan di waktu siang, 13) yang
turun di musim panas dan di musim dingin, 14) yang turun di waktu menetap dan
dalam perjalanan.
3.
Perbedaan antara
Makkiyah dan Madaniyah
Untuk membedakan
makki dan madani, para ulama mempunyai tiga cara pandangan yang masing-masing
mempunyai dasarnya sendiri.
1) Pertama: Dari segi waktu turunnya.
Makkiyah
adalah yang diturunkan sebelum hijrah meskipun bukan dimekkah. Madaniyah adalah
yang turun sesudah hijrah meskipun bukan di madinah. Yang diturunkan sesudah
hijrah sekalipun dimekkah atau Arafah adalah madaniyah
Contoh : ayat yang diturunkan pada tahun
penaklukan kota makkah , firman Allah: `Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyampaikan amanat kepada yang berhak…` (
an-Nisa` : 58 ). Ayat ini diturunkan di mekkah dalam ka`bah pada tahun
penaklukan mekkah. Pendapat ini lebih baik dari kedua pendapat berikut. Karena
ia lebih memberikan kepastian dan konsisten.
2) Kedua : Dari segi tempat turunnya.
Makkiyah adalah yang turun di mekkah dan
sekitarnya. Seperti Mina, Arafah dan Hudaibiyah. Dan Madaniyah ialah yang turun
di madinah dan sekitarnya. Seperti Uhud, Quba` dan Sil`. Pendapat ini
mengakibatkn tidak adanya pembagian secara konkrit yang mendua. Sebab yang
turun dalam perjalanan, di Tabukh atau di Baitul Maqdis tidak termasuk kedalam
salah satu bagiannya, sehingga ia tidak dinamakan makkiyah ataupun madaniyah.
Juga mengakibatkan bahwa yang diturunkan dimakkah sesudah hijrah disebut makkiyah.
3) Ketiga : Dari segi sasaran pembicaraan.
Makkiyah adalah yang seruannya ditujukan
kepada penduduk mekkah dan madaniyah ditujukan kepada penduduk madinah.
Berdasarkan pendapat ini, para pendukungnya menyatakan bahwa ayat Qur`an yang
mengandung seruanyaa ayyuhannas (
wahai manusia ) adalah makkiyah, sedang ayat yang mengandung seruan yaa ayyu halladziina aamanuu ( wahai orang-orang yang beriman )
adalah madaniyah.
Namun
melalui pengamatan cermat, nampak bagi kita bahwa kebanyakan surah Qur`an tidak
selalu dibuka dengan salah satu seruan itu, dan ketentuan demikianpun tidak
konsisten. Misalnya surah baqarah itu madani, tetapi didalamnya terdapat ayat
makkyah.
4. Ciri khas dan
pembeda antara Makkiyah dan Madaniyah
1) Ketentuan
Surat Makkiyah .
a)
Setiap surah yang didalamnya mengandung `sajdah` maka surah itu makkiyah.
b)
Setiap surah yang mengandung lafal ` kalla` berarti makkiyah. Lafal ini hanya
terdapat dalam separuh terakhir dari Qur`an dan di sebutkan sebanyak tiga puluh
tiga kali dalam lima belas surah.
c)
Setiap surah yang mengandung yaa ayyuhan naas dan tidak mengandung yaa ayyuhal
ladzinaa amanuu, berarti makkiyah. Kecuali surah al-Hajj yang pada akhir surah
terdapat ayat yaa ayyuhal ladziina amanuur ka`u wasjudu. Namaun demikian sebagian
besar ulama berpendapat bahwa ayat tersebut adalah makkiyah.
d)
Setiap surah yang menngandung kisah para nabi umat terdahulu adalah makkiyah,
kecuali surah baqarah.
e)
Setiap surah yang mengandung kisah Adam dan iblis adalah makkiyah, kecuali
surat baqarah.
f)
setiap surah yang dibuka dengan huruf-huruf singkatan seperti alif lam mim,
alif lam ra, ha mim dll, adalah makkiyah. Kecuali surah baqarah dan ali-imran,
sedang surah Ra`ad masih diperselisihkan.
2) Tema & Gaya Bahasa Surat Makkiyah
Dari segi ciri tema dan gaya bahasa, ayat makkiyah dapatlah diringkas sebagai berikut :
a)
Ajakan kepada tauhid dan beribadah hanya kepada Allah, pembuktian mengenai
risalah, kebangkitan dan hari pembalasan, hari kiamat dan kengeriannya, neraka
dan siksanya, surga dan nikmatnya, argumentasi dengan orang musyrik dengan
menggunkan bukti-bukti rasional dan ayat-ayat kauniah.
b)
Peletakan dasar-dasar umum bagi perundang-undangan dan ahlak mulia yang menjadi
dasar terbentuknya suatu masyarakat, dan penyingkapan dosa orang musyrik dalam
penumpahan darah, memakan harta anak yatim secara dzalim. Penguburan
hidup-hidup bayi perempuan dn tradisi buruk lainnya.
c)
Menyebutkan kisah para nabi dan umat-umat terdahulu sebagai pelaran bagi mereka
sehingga megetahui nasib orang yang mendustakan sebelum mereka, dan sebagai
hiburan buat Rasulullah SAW sehingga ia tabah dalam mengadapi gangguan dari
mereka dan yakin akan menang.
d)
Suku katanya pendek-pendek disertai kata-kata yang mengesankan sekali,
pernyataannya singkat, ditelinga terasa menembus dan terdengar sangat keras.
Menggetarkan hati, dan maknanya pun meyakinkan dengan diperkuat lafal-lafal
sumpah, seperti surah-surah yang pendek-pendek . dan perkecualiannya hanya sedikit.
3) Ketentuan Surat Madaniyah
a)
Setiap surah yang berisi kewajiban atau had ( sanksi ) adalah madaniyah.
b)
Setiap surah yang didalamnya disebutkan orang-orang munafik adalah madaniyah,
kecuali surah al-ankabut adalah makki.
c)
Setiap surah yang didalamnya terdapat dialog dengan ahli kitab adalah madaniyah.
4) Tema dan Gaya Bahasa surat Madaniyah
Dari segi ciri khas,
tema dan gaya bahasa, dapatlah diringkaskan sebagai berikut :
a)
Menjelaskan ibadah, muamalah, had, kekeluargaan, warisan, jihad, hubungan
sosial, hubungan internasiaonal baik diwaktu damai maupun perang, kaidah hukum
dan masalah perundang-undangan.
b)
Seruan terhadap ahli kitab, dari kalangan yahudi dn nasrani. Dan ajakan kepada
mereka untuk masuk Islam, penjelasan mengenai penyimpangan mereka, terhadap
kitab-kitab Allah, permusuhan mereka terhadap kebenaran, dan perselisihan
mereka setelah ilmu datang kepada mereka karena rasa dengki diantara sesama
mereka.
c)
Menyingkap perilaku orang munafik, menganalisi kejiwaannya, membuka kedoknya
dan menjelaskan bahwa ia berbahaya bagi agama.
d)
Suku kata dan ayat-ayatnya panjang-panjang dan dengan gaya bahasa yang
memantapkan syariat serta menjelaskan tujuan dan sasarannya.
5. Faedah
ilmu Makkiyah dan Madaniyah
Mengetahui surat Madaniyah dan Makkiyah merupakan salah satu
bidang ilmu Al Quran yang penting karena di dalamnya terdapat beberapa manfaat:
a) Untuk
dijadikan alat bantu dalam menafsirkan al-Qur`an, sebab pengetahuan mengenai tempat turun
ayat dapat membantu memahami ayat tersebut dan menafsirkannya dengan tafsiran
yang benar. Sekalipun yang menjadi pegangan adalah pengertian umum lafadz,
bukan sebab yang khusus. Berdasarkan hal itu seorangmufassir dapat
membedakan antara ayat yang nasikh dengan yang mansukh,
bila diantara kedua ayat terdapat makna yang kontradiktif. Yang datang kemudian
tentu merupakan nasikh yang tedahulu.
b) Meresapi
gaya bahasa al-Quran dan memanfaatkannya dalam metode dakwah menuju jalan Allah
SWT,sebab setiap situasi
mempunyai bahasa tersendiri. Memperhatikan apa yang dikehendaki oleh situasi
merupakan arti paling khusus dalam retorika. Karakteristik gaya bahasa makkiy dan madaniy dalam
al-Quran pun memberikan kepada orang yang mempelajarinya sebuah metode dalam
penyampaian dakwah ke jalan Allah SWT yang sesuai dengan kejiwaan
lawan berbicara dan menguasai pikiran dan perasaannya serta menguasai apa yang
ada dalam dirinya dengan penuh kebijaksanaan.
c) Mengetahui
sejarah hidup Nabi melalui ayat-ayat Qur`an, sebab turunnya wahyu kepada Rasulullah SAW sejalan dengan sejarah
dakwah dengan segala peristiwanya, baik dalam periode Mekah maupun Madinah.
Sejak permulaan turun wahyu hingga ayat terakhir diturunkan, al-Qur`an adalah
sumber pokok bagi kehidupan Rasulullah SAW.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Dalam memaknai Makkiyah dan Madaniyah terjadi perbedaan
pendapat di kalangan para ulama’. Hal ini terjadi karena berbedanya kriteria
yang ditetapkan untuk menetapkan Makkiyah atau Madaniyah sebuah surat atau
ayat. Namun, meskipun terjadi perbedaan dalam memberi makna Makkiyah dan
Madaniyah para ulama’ mampu memberikan kekhususan-kekhususan yang menjadi ciri
ayat Makkiyah dan Madaniyah untuk membedakan keduanya.
2. Karakteristik yang paling menonjol ialah surat atau ayat
Makkiyah pendek-pendek dan kebanyakan berisi tentang kisah-kisah Nabi dan umat
terdahulu. Sedangkan ayat atau surat Madaniyah panjang-panjang dan kebanyakan
berisi tentang hokum-hukum agama termasuk hukum amaliyyah seperti hukum tentang
ibadah, muamalah dan lain sebagainya.
3. Perbedaan Makkiyah dan Madaniyah dapat dilihat dari beberapa
segi. Yang pertama dari segi konteks kalimatnya:Makkiyah mempunyai cara
penyampaian yang keras sedangkan Madaniyah mempunyai cara penyampaian yang
lembut. Yang kedua:dari segi tema:sebagian besar Makkiyah bertemakan pengokohan
tauhid dan aqidah yang benar, terutama tauhid uluhiyyah. Sedangkan Madaniyah
bertemakan tentang hokum-hukum muamalah karena keadaan manusia pada waktu itu
jiwanya telah kokoh oleh tauhid dan aqidah yang benar.
4. Ada beberapa faedah atau manfaat dari mempelajari tentang
Makkiyah dan Madaniyah, di antaranya yaitu mengetahui bukti ketinggian bahsa
yang digunakan dalam Al Quran, menegtahui hikmah dari pembuatan syari’at agama
Islam, menjadi pelajaran bagi para da’i yang berjuang di jalan Allah serta
mengetahui antara nasikh dan mansukh.
DAFTAR
PUSTAKA