Monday, December 4, 2017

HADITS PADA MASA RASULULLAH, periode 1 sampai 3, MASA KHILAFA RASYIDIN, Masa shabat kecil dan Tabi’in besar (41H-akhir abad 1H)


Periode I
 HADITS PADA MASA RASULULLAH SAW (Dari S.H.-11H)(610M-632M)



Ada suatu keistimewaan pada masa ini yang membedakan-nya dengan masa lainnya. Umat Islam pada masa ini dapat secara langsung memperoleh hadis dari Rasul SAW sebagai 'sumber hadis. Antara Rasul SAW dengan mereka tidak ada jarak atau hijab yang dapat menghambat atau mempersulit pertemuannya.
Allah menurunkan al-Quran dan mengutus Nabi Muham­mad SAW sebagai utusan-Nya adalah sebuah paket yang tidak dapat dipisah-pisahkan, dan apa-apa yang disampaikannya juga merupakan wahyu. Allah berfirman dalam menggambarkan kondisi utusan-Nya tersebut.
Artinya : tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawanafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yangdwahyukan (kepadanya). (QS Al-Najm (53): 3-4)

Oleh karena itu, tempat-tempat pertemuan di antara kedua belah pihak sangatlah terbuka dalam banyak kesempatan. Ternpat yang biasa digunakan Rasul SAW cukup bervariasi, seperti di masjid, rumahnya sendiri, pasar, ketika dalam perjalanan (safar) dan ketika muqim (berada di rumah).Melalui tempat-tempat tersebut Rasul SAW menyampai-kan hadis, yang terkadang disampaikannya melalui sabdanya yang didengar oleh para sahabat (melalui musyafahah), dan terka­dang melalui perbuatan serta taqrirnya yang disaksikannya oleh mereka (melalui musydhadah).Menurut riwayat Bukhari, Ibnu Mas'ud pernah bercerita bahwa untuk tidak melahirkan rasa jenuh di kalangan sahabat, Rasul SAW menyampaikan hadisnya dengan berbagai cara, sehingga membuat para sahabat selalu ingin mengikuti pengaji-annya.



1.2   Cara Rasul menyampaikan Hadits
Beberapa cara Rasul SAW menyampaikan hadis ke-pada para sahabat, diantaranya :

·         Pertama, melalui para jama'ah pada pusat pembinaannya yang disebutmajlis al-'Ilmi. Melalui majlis ini para sahabat memperoleh banyak peluang untuk menerima hadis, sehingga mereka berusaha untuk selalu mengkonsentrasikan diri guna mengikuti kegiatan dan ajaran yang diberikan oleh Nabi SAW.
·         Kedua, dalam banyak kesempatan Rasul SAW juga me-nyampaikan hadisnya melalui para sahabat tertentu, yang kemu-dian disampaikannya kepada orang lain.
·         Ketiga, cara lain yang dilakukan Rasul SAW adalah mela­lui ceramah atau pidato di tempat terbuka, seperti ketika haji wada' danfutuh Makkah.


  Perbedaan para sahabat dalam menguasai hadits
Di antara para sahabat tidak sama kadar perolehan dan penguasaan hadis. Ada yang memilikinya lebih banyak, tetapi ada yang sedikit sekali. Hal ini tergantung kepada beberapa hal yaitu :

Ø  Pertama, perbedaan mereka dalam soal kesempatan bersama Rasul SAW.
Ø  Kedua, perbedaan mereka dalam soal kesanggupan ber­tanya kepada sahabat lain.
Ø  ketiga, perbedaan mereka karena berbedanya waktu masuk Islam dan jarak tempat tinggal dari masjid Rasul SAW.


  Para sahabat yang banyak menerima Hadits dari nabi
Beberapa orang sahabat yang tercatat sebagai sahabat yang banyak menerima hadis dari Rasul SAW dengan beberapa penyebabnya. Mereka itu antara lain:

ü  Para sahabat yang tergolong kelompok Al-Sdbiqun Al-Awwaliin (yang mula-mula masuk Islam), seperti Abu Bakar, Umar ibn Khattab, Utsman ibn Affan, Ali ibn Abi Thalib dan Ibn Mas'ud. Mereka banyak menerima hadis dari Rasul SAW, karena lebih awal masuk Islam dari sahabat-sahabat lainnya.
ü  Ummahdt Al-Mukminin (istri-istri Rasul SAW), seperti Siti Aisyah dan Ummu Salamah. Mereka secara pribadi lebih dekat dengan Rasul SAW daripada sahabat-sahabat lainnya. Hadis-hadis yang diterimanya, banyak yang berkaitan de­ngan soal-soal keluarga dan pergaulan suami istri.
ü  Para sahabat yang disamping selalu dekat dengan Rasul SAW juga menuliskan hadis-hadis yang diterimanya, se­perti Abdullah Amr ibn Al-'Ash.
ü  Sahabat yang meskipun tidak lama bersama Rasul SAW, akan tetapi banyak bertanya kepada para sahabat lainnya secara sungguh-sungguh, seperti Abu Hurairah.
ü  Para sahabat yang secara sungguh-sungguh mengikuti majlis Rasul SAW banyak bertanya kepada sahabat lain dari sudut usia tergolong yang hidup lebih lama dari wafatnya Rasul SAW, seperti Abdullah ibn Umar, Anas ibn Malik dan Abdullah ibn Abbas.

  Perbedaan perbedaan perhatian  dan sebab tidak membukukan hadits
Disebabkan oleh faktor-faktor seperti:

·         Mentadwinkan ucapan-ucapannya, amalan-amalannya, mu'amalah-mu'amalahnya adalah satu keadaan yang sukar, karena memerlukan adanya segolongan sahabat yang terus-menerus hams menyertai Nabi untuk menulis segala yang tersebut di atas padahal orang-orang yang dapat menulis pada masa itu, masih dapat dihitung.
·         Karena orang Arab - disebabkan mereka tak pandai menulis dan membaca tulisan - kuat berpegang kepada kekuatan hafalan dalam segala apa yang mereka ingin menghafalnya, menghafal Al Qur'an yang di-turunkan dengan berangsur-angsur itu adalah suatu hal yang mudahbagi mereka, tidaklah demikian terhadap Al Hadits.
·         Karena dikawatirkan akan bercampur dalam catatan sebagian sabdaNabi dengan Al Qur'an dengan tidak disengaja. Karena itulah Nabi SAW. melarang mereka menulis hadits, beliau khawatir sabda-sabdanya akan bercampur dengan firman Ilahi

Hadist atau sunnah nabi tidak ditulis seperti Al-Qur’an, karena ada larangan nabi SAW, yang khawatir andaikan campur dengan Al-Qur’an, disamping umumnya para sahabat mengandalkan pada kekuatan hafalan, dan juga karena kekurangan tenaga penulis dikalangan mereka.



Periode II
MASA KHILAFA RASYIDIN – MASA MEMBATASI RIWAYAT (11-40) (tahun 11H/632M)
Periode kedua sejarah perkembangan hadis, adalah masa sahabat, khususnya masa Khulafd' Al-Rasyidin (Abu Bakar, Umar ibn Khattab, Usman ibn Affan dan Ali ibn Abi Thalib) yang berlangsung sekitar tahun 11 H sampai dengan 40 H,disebut dengan masa sahabat besar karena pada masa ini perhatian para sahabat masih terfokus pada pemeliharaan dan penyebaran al-Quran, maka periwa-yatan hadis belum begitu berkembang, dan kelihatannya ber-usaha membatasinya, para ulama anggap sebagai masa yang menunjukkan adanya pembatasan Periwayatan
 Menjaga Pesan Rasullullah
Pada masa menjelang akhir kerasulannya, rasulullah SAW berpesan kepada para sahabat agar berpegang teguh kepada AL-Qur’an dan Hadist serta mengajarkannya kepada orang lain,  sebagaimana sabdanya : “telah aku tinggalkan untuk kalian dua macam, yang tidak akan sesat setelah  berpegang kepada keduanya, yaitu kitab Allah (Al-Qur’an) dan Sunnahku ( al- hadist )”.
 Berhati-hati dalam meriwayatkan  dan menerima hadits
Sikap memusatkan perhatian terhadap al-Quran tidak berarti mereka lalai dan tidak menaruh perhatian terhadap hadits.Mereka memegang hadis seperti halnya yang diterimanya dari Rasul SAW secara utuh ketika ia masih hidup. Akan tetapi dalam meriwayatkan mereka sangat berhati-hati dan membatasi diri.Kehati-hatian dan usaha membatasi periwayatan yang di-lakukan para sahabat, disebabkan karena mereka khawatir terjadinya kekeliruan, yang padahal mereka sadari bahwa hadis merupakan sumber tasyri' setelah al-Quran. Oleh karenanya, para sahabat khususnya khulafa' al-rasyidin (Abu Bakar, Umar,Usman dan AH) dan sahabat lainnya, seperti Al-Zubaif, Ibn Ab­bas dan Abu Ubaidah berusaha memperketat periwayatan dan penerimaan hadits.
Dapat disimpulkan , bahwa pada masa ini belum ada usaha secara resmi untuk menghimpun hadis dalam suatu kitab, seperti halnya al-Quran. Hal ini disebabkan agar tidak memaling-kan perhatian atau kekhususan mereka (umat Islam) dalam mempelajari al-Quran. Pertimbangan lainnya, bahwa soal membukukan hadis, di ka-langan para sahabat sendiri terjadi perselisihan pendapat. Belum lagi terjadinya perselisihan soal lafadz, dan kesahihannya.

Hadits di masa Abu bakar dan Umar
Para sahabat sesudah Rasul wafat tidak lagi berdiam di kota madinah. Maka penduduk kota-kota lain pun mulai menerima hadist. Para tabi’in mempelajari hadist dari para sahabat Dengan demikian mulailah berkembang riwayat dalam kalangan tabi'in.Dalam pada itu, riwayat hadits di permulaan masa sahabat itu, masih terbatas sekali. Disampaikan kepada yang memerlukan saja dan bila pcrlu saja, belum bersifat pelajaran.Perkembangan hadits dan membanyakkan riwayatnya, terjadi scsudah masa Abu Bakr dan 'Umar, yaitu masa 'Utsman dan 'Ali.Dalam masa khalifah-khalifah Abu Bakr dan 'Umar, periwayatan hadits belum lagi diluaskan. Beliau-beliau ini mengerahkan minat ummat (sahabat) untuk menyebarkan Al Qur'an dan memerintahkan para sahabat untuk berhati-hati dalam menerima riwayat-riwayat itu.

Sebab-sebab pada masa Abu bakar dan Umar hadits tidak tersebar dengan pesat
Dengan tegas-tegas sejarah menerangkan bahwa 'Umar diketika memegang tampuk kekhalifahan meminta dengan keras supaya para sahabat menyelidiki riwayat. Beliau tidak membenarkan orang membanyakkanperiwayatan hadits. Diketika mengutus perutusan ke Iraq, beliau mewasial-kan supaya utusan-utusan itu mengembangkan Al Qur'an dan mengembang­kan kebagusan tajwidnya, serta mencegah mereka membanyakkan riwayat. Diterangkan bahwa, pernah orang bertanya kepada Abu Hurairah apakah dia banyak meriwayatkan hadits di masa 'Umar. Abu Hurairah menjawab : "Sekiranya saya membanyakkan, tentulah 'Umar affan mencambuk saya dengan cambuknya". Ada didakwa oleh sebagian ahli sejarah hadits, bahwa 'Umar pernah memenjarakan Ibnu Mas'ud, Abu Darda' dan Abu Dzar lantaran membanyakkan riwayat hadits.
Riwayat ini sebenarnya tidak didapati di dalam sesuatu kitab yang mu'tabar dan tanda kepalsuan pun nampak. Ibnu Mas'ud seorang yang terhadulu masuk Islam dan seorang yangdihormati 'Umar. Dan sudah dimaklumi bahwa dalam urusan hukum,diperlukan hadits-hadits. Mengenai Abu Darda' dan Abu Dzar, sejarah tidakmemasukkan beliau ke dalam golongan orang yang membanyakkan riwayat. Abu Darda1 diakui menjadi guru di Syria, sedangkan Ibnu Mas'ud menjadi guru di Iraq.Ibnu Hazm telah menegaskan bahwa riwayat 'Umar memenjarakan tiga shahaby besar itu, dusta.
Cara para sahabat menyampaikan Hadits
·         Adakala dengan lafal asli, yakni menurut lafal yang mereka terimadari Nabi yang mereka hafal benar lafal dari Nabi itu.

·         Adakala dengan maknanya saja, yakni mereka meriwayatkanmaknanya bukan lafalnya, karena mereka tidak hafal lafalnya yang asli lagi dari Nabi SAW.

Memang mereka meriwayatkan hadits adakala dengan maknanya saja.Yang penting dari hadits ialah isi. Bahasa dan lafal, boleh disusundengan kata-kata lain, asal isinya telah ada dan sama.

 Syarat-syarat yang dtetapkan Abu bakar ‘Ustman dan Ali ketika menerima Hadits
Umumnya sahabat tidak mensyaratkan apa-apa dalam menerima hadits dari sesama mereka. Akan tetapi, yang tak dapat diingkari, bahwa sahabat itu sangat berhati-hati dalam menerima hadits.Diperoleh beberapa atsar bahwa Abu Bakr r.a. dan 'Umar r.a. tidakmenerima hadits jika tidak disaksikan benarnya oleh seseorang lain, seperti yang diriwayatkan oleh Adz Dzahaby dalam Tadzkuratul Huffadh.Dan diperoleh pula atsar yang menyatakan bahwa AH r.a. tidak menerima hadits sebelum yang meriwayatkannya itu disumpah.Di samping itu diperoleh pula beberapa atsar bahwa beliau-beliau itumenerima juga hadits-hadits dengan riwayat seorang saja, tidak memtrlukanseorang saksi dan tidak disumpah.Asy Syafi'y dalam Ar Risalah, As Sayuthy dalam Miftahul-Jannah,Ibnu Hazm dalam Al Ihkam. Syaikhul Islam Syubair Ahmad Al Utsmany dalam Fathul-Mulhim syarah Muslim menerangkan riwayat-riwayat yangmenegaskan bahwa beliau-beliau itu (Abu Bakr dan 'Umar) menerimariwayat orang seorang.Maka menurut pendapat kami meminta seorang saksi kepada perawi,bukanlah merupakan keharusan, hanya merupakan jalan untuk meyakinkan dalam menerima yang diberitakan itu. Maka jika dirasakan tak perlu meminta saksi, atau sumpah para perawi, dapatlah kita terus menerima riwayatnya.
Ringkasnya, meminta seorang saksi atau menyuruh perawi bersumpahuntuk membenarkan riwayatnya, tidak dapat dipandang suatu undang-undang umum dalam menerima hadits. Yang perlu dalam menerima hadits,kepercayaan yang penuh kepada perawi. Jika kita pada sesuatu waktu ragutentang riwayatnya, kita boleh meminta dia mendatangkan saksi, atau kitaSunih dia bersumpah.

Ibnu Uyainah Ibrahim ibn Isma'il dan segolongan Ahli Nadhar sepeiti Abu All Al Jubba-y dan mereka yang mengikutinya mcnetapkan bahwa diriwayatkan oleh dua orang itu syarat untuk menshahihkan hadits. Mereka berdalil, dengan riwayat Ibnu Syihab Az Zuhry bahwa Abu Bakr meminta saksi kepada Mughirah yang menerangkan bahwa nenek perempuan mendapat seperenam, yang kemudian disaksikan oleh Muhammad ibn Salamah. Dan dengan riwayat yang menerangkan bahwa 'Umar meminta saksi kepada Abu Sa'id untuk membenarkan riwayatnya yang kemudian disaksikan oleh seorang shahaby. Dan mereka mengqiyaskan riwayat kepada pensaksian.Sebagian ahli hadits mereka berkata, hadits fard, munkar dan syad.

Hadits di masa ustman dan ali
Di ketika kendali pemerintahan dipegang oleh 'Utsman r.a. dan dibuka pintu perlawatan kepada para sahabat serta ummat mulai mcmcrlukan sahabat, istimewa sahabat-sahabat kecil, bergeraklah sahabat-sahabat kecil mengumpulkan hadits dari sahabat-sahabat besar dan mulailah mereka meninggalkan tempat untuk mencari hadits.
 Sebab-sebab para sahabat tidak membukukan hadits dan mengumpulkannya dalam sebuah buku
Kata Asy Syaikh Abu Bakr Ash Shiqilly dalam Fawaidnya menurut riwayat Ibnu Basykual, "Sebenarnya para sahabat tidak mengumpulkan sunnah-sunnah Rasulullah dalam sebuah mushhaf sebagaimana mereka telah mengumpulkan Al Qur'an, karena sunnah-sunnah itu telah terscbar dalam masyarakat dan tersembunyi yang dihafal dari yang tidak. Karena itu, ahli-ahli sunnah menyerahkan perihal penukilan hadits kepada hafalan-hafalan mereka saja, tidak sebagai Al Qur'an yang tidak mereka serahka penukilannya kepada secara demikian.Sebagaimana Allah telah menjaga Al Qur'an dengan nadhamnya yang pa­ling indah yang tak dapat diciptakan yang sepertinya oleh manusia. Sekiranya mereka sanggup menulis sunnah-sunnah Nabi sebagaimana mereka telah sanggup menulis Al Qur'an, tentulah mereka telah me­ngumpulkan sunnah-sunnah itu. Mereka takut, jika mereka tadwinkan apa yang tidak mereka perselisihkan saja, akan dijadikanlah apa yang dibukukan itu, pegangan yang kuat, serta ditolak apa yang tidak masuk ke dalam buku itu. Dengan demikian tertolaklah banyak sunnah.
Para sahabat membuka jalan mencari hadits kepada ummat sendiri. Masing-masing mereka mengumpulkan sekedar kesanggupannya. Dengan demikian pula tersusunlah segala sunnah.Lantaran itu, ada yang dapat dinukilkan hakikat lafal yang diterima dari Rasul dan sunnah-sunnah yang sejahtera dari 'illah, ada yang hanya dihafal maknanya, telah dilupakan lafalnya dan ada yang berselisihan riwayat dalam menukilkan lafal-lafalnya dan berselisihan pula perawinya tentang kepercayaan dan keadilan pemberitanya.Itulah sunnah-sunnah yang dimasuki 'illah.Maka telah dipilih mana yang shahih dari yang tidak oleh ulama-ulama yang ahli, berdasarkan kepada dasar-dasar yang shahih dan sendi-sendi yang kuat yang tak dapat dicacatkan lagi oleh seseorang pencacat, atau dilemah-kannya.





PERIODE III
 Masa shabat kecil dan Tabi’in besar (41H-akhir abad  1H)
Masa berkembang dan meluas periwayatan hadits
Sesudah masa 'Utsman dan 'Ali timbullah usaha yang lebih serius untuk mencari dan menghafal hadits serta menyebarkannya ke dalam masyarakat luas dengan mengadakan perlawatan-pcrlawatan untuk mencari hadits.Pada tahun 17 H tentara Islam mengalahkan Syria dan Iraq. Pada tahun 20 H mengalahkan Mesir. Pada tahun 21 H mengalahkan Persia. Pada tahun 56 H tentara Islam sampai di Samarkand. Pada tahun 93 H tentara Islam menaklukkan Spanyol.Para sahabat berpindah ke tempat-tempat itu. Karenanya kola-kola itu merupakan perguruan tempat mengajarkan Al Qur'an dan Al Hadits, tempat mengeluarkan sarjana-sarjana tabi'in hadits.

Sahabat-sahabat yang mendapat julukan “Bendaharawan hadits”
Beberapa orang sahabat dengan julukan"bendaharawan hadits", yakni orang-orang yang riwayatnya lebih dari 1000hadits.
Mereka memperoleh riwayat-riwayat yang banyak itu karena:
·         Yang paling awal masuk Islam, seperti: Khulafa Rasyidin danAbdullah ibn Mas'ud.
·         Terus menerus mendampingi Nabi dan kuat hafalan, seperti: AbuHurairah.
·         Menerima riwayat dari setengah sahabat selain mendengar dariNabi dan panjang pula umurnya, seperti: Anas ibn Malik, walaupunbeliau masuk Islam sesudah Nabi menetap di Madinah.
·         Lama menyertai Nabi dan mengetahui keadaan-keadaan Nabi.karena bergaul rapat dengan Nabi, seperti: isteri-isteri beliau 'Aisyah dan Ummu Salamah.
·         Berusaha mencatatkannya seperti: Abdullah ibn Amer ibn 'Ash.
Di antara sahabat yang membanyakkan riwayat, ialah:

Ø  Abu Hurairah.
Seorang yang banyak sekali menghafal hadits dari Nabi dan bersungguh-sungguh berusaha mengembangkannya di kalangan ummat, sesudah 'Umar r.a. wafat. Karena itu, Abu Hurairah menjadi seorang perawi shahaby yang paling banyak meriwayatkan hadits.Menurut keterangan Ibnu Jauzy dalam Talqih Fuhumi Ahtol Atsar, bahwa hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, sejumlah 5347 buah.
Ø  Aisyah, isteri Rasul
Ø  Anas ibn Malik.                            
Ø  Abdullah ibn Abbas
Ø  Abdullah ibn'Umar.                                                               
Ø  JabiribnAbdillah.                                                                                               
Ø  Abu Sa'id al Khudry.                                                                                       
Ø  IbnuMas'ud.                                                                                                       
Ø  Abdullah ibn Amer ibn'Ash



Tokoh-tokoh hadits dalam kalangan tabi’in
            Di antara tokoh-tokoh tabi'in yang masyhur dalam bidang riwayat:
§  Di Madinah.
Said (93), 'Urwah (94), Abu Bakr ibn Abdu Rahman ibn Al Haritsibn Hisyam (94), Ubaidullah ibn Abdullah ibn Utbah, Salim ibnAbdullah ibn Umar, Sulaiman ibn Yassar, Al Qasim ibn Muhammadibn Abu Bakr, NaiT, Az Zuhry, Abul Zinad, Kharijah ibn

§  Di Makkah.                                                     
Ikrimah, Atha ibn Abi Rabah, Abul Zubair,, Muhammad ibnMuslim.

§  Di Kufah.
Asy Sya'by, Ibrahim An Nakha'y, 'Alqamah An Nakha'y d.Di Bashrah.
Al Hasan, Muhammad ibn Sirin, Qatadah

§  Di Syam.
'Umar ibn Abdil Aziz, Qabishah ibn Dzuaib, Makhul Ka'bul Akbar. f.   Di Mesir.
Abul Khair Martsad ibn Abdullah Al Yaziny, Yazid ibn Habib. g.   Di Yaman.
Thaus ibn Kaisan Al Yamany, Wahab ibn Munabbih.

3.4 Pusat-pusat Hadits
§  Madinah.
Di antara sarjana-sarjana tabi'in y ang belajar pada sahabat-sahabat itu, ialah: Sa'id, 'Urwah, Az Zuhry, 'Ubaidillah ibn Abdillah ibn Utbah, ibn Mas'ud, Salim ibn Abdullah ibn Umar. Al Qasim ibn Muhammad ibn Abi Bakr, Nafi', Abu Bakar ibn Abdir Rahman ibn Al Harits ibn Hisyam dan Abul Zinad.            
§  Makkah.
Di antara tokoh hadits Makkah ialah Mu'adz, kemudian Ibnu Abbas.
Di antara tabi'in yang belajar padanya, ialah Mujahid, Ikrimah, 'Atha ibn Abi Rabah, Abul Zubair Muhammad ibn Muslim,

§  Kufah.
Ulama sahabat yang mengembangkan hadits di Kufah ialah: 'Ali, Abdullah ibn Mas'ud, Sa'ad ibn Abi Waqqash, Sa'id ibn Zaid, Khabbab ibn Al Arat, Salman Al Farisy, Hudzaifah ibnul Yaman, Ammar ibn Yasir, Abu Musa, Al Baraq, Al Mughirah, Al Nu'man, Abul Thufail, Abu Juhaifah dan lain-lain.

§  Bashrah.
Pemimpin hadits di Bashrah dari golongan sahabat, ialah: Anas ibn Malik, 'Utbah, 'Imran ibn Husain, Abu Barzah, Ma'qil ibn Yasar, Abu Bakrah, Abdur Rahman ibn Samurah, 'Abdullah ibn Syikhkhir, Jariah ibn Qudamah.

§  Syam.
Tokoh hadits dari sahabat di Syam ini, ialah Mu'adz ibn Jabal, Ubadah ibn Shamit dan Abu Darda1. Pada bcliau-bcliau itulah banyak tabi'in belajar di antaranya: Abu Idris Al Khaulany, Qabishah ibn Dzuaib, Makhul, Raja' ibn Haiwah.

§  Mesir.                                                          
Di antara sahabat yang mengembangkan hadits di Mesir, ialah Abdullah ibn Amer, 'Uqbah ibn Amir, Kharijah ibn Hudzaifah, Abdullah ibn Sa'ad, Mahmiyah ibn Juz, Abdullah ibn Hants, Abu Basyrah, Abu Sa'ad Al Khair, Mu'adz ibn Anas Al Juhary.


Mulai timbul pemalsuan hadits
Tahun 40 H batas yang memisahkan antara masa terlepas hadits dari pemalsuan, dengan masa mulai munculnya pemalsuan hadits.Sejak dari timbul fitnah di akhir masa 'Utsman r.a. ummat Islam pecah menjadi beberapa golongan.
·         Golongan 'Ali ibn Abi Thalib, yang kemudian dinamakan golongan "Syiah".
·         Golongan Khawarij, yang menentang Ali dan Mu'awiyah, dan.
·         Golongan Jumhur (golongan pemerintah pada masa itu).

Terpecahnya ummat Islam kepada golongan-golongan tersebut, didorong keperluan dan kepentingan golongan, mereka mendatangkan keterangan-hujjah untuk mendukung. Maka bertindaklah mereka membuat hadits-hadits palsu dan menyebarkannya ke dalam masyarakat.Mulai saat itu terdapatlah di antara riwayat-riwayat yang shahih dan riwayat-riwayat yang palsu. Dan kian hari kian bertambah banyaknya dan beraneka rupa pula.Mula-mula mereka memalsukan hadits mcngenai pribadi-pribadi orang yang mereka agung-agungkan.Dan yang mula-mula melakukan pekerjaan sesat ini ialah golongan Syi'ah sebagai yang diakui sendiri oleh Ibn Abil Hadid, seorang

ulama Syi'ah dalam kitabnya Nahyul Balaghah, dia menulis, "Ketahuilah bahwa asal mula timbul hadits yang menerangkan keutamaan pribadi-pribadi adalah dari golongan Syi'ah sendiri". Perbuatan mereka ini ditandingi oleh golongan Sunnah (jumhur) yang bodoh-bodoh.Mereka juga membuat hadits untuk mengimbangi hadits-hadits yang dibuat oleh golongan Syi'ah itu.Maka dengan keterangan ringkas ini nyatalah bahwa kota yang muia-mula mengembangkan hadits-hadits palsu (maudlu') ialah Baghdad (Iraq) (kaum Syi'ah, berpusat di sana).Imam Az Zuhry berkata, "Hadits ke luar dari kami scjengkal lalu kembali kepada kami dari Iraq, sehasta".Imam Malik sendiri menamakan Baghdad, pabrik hadits palsu.

No comments:

Post a Comment

Featured Post

Sistem Informasi Kuis dan Materi (e-learning) 2019